TENTANG SI CHIMER

Saturday, May 28, 2011

TUHAN, MINTA JOON SATU AJA BOLEH???













































Mbok ya kaya gini kalau punya cowok. Ga habis pikir saya.
Ga perlu ganteng-ganteng… kaya Lee Joon MBLAQ aja cukup.
Tuhan, minta Joon MBLAQ-nya satu boleh???
Boleh ya ya ya… *narohPisauDiPergelanganTangan* *maksaAbis* *bodoAmat* *ketawaNakalan*

Saturday, May 14, 2011

PERBINCANGAN GALAU DINI HARI



GALAU ITU (BUKAN) AIB



Kata galau mulanya heboh beredar di tweeter, sampai-sampai ada istilah WIG (Waktu Indonesia bagian Galau) ketika mereka aktif di jejaring sosial di atas jam 12 malam dan menuliskan kegalauan mereka. Ya, saya juga sering online pada waktu-waktu tersebut, walau tidak melulu dalam kondisi galau.

Anin, teman SMA dan juga teman blogger saya, pernah sekali bicara dalam statusnya, bahwa untuk menulis kamu tidak perlu teknik yang hebat, kamu mungkin hanya butuh “hati yang retak”.

Saya akui apa yang dikatakannya benar. Tulisan yang baik adalah tulisan yang mengalir dari hati. Dan “hati yang retak” mungkin adalah stimulus terkuat bagi kebanyakan seseorang untuk mulai menulis. Yang saya pertanyakan di sini. Bagaimana mungkin masih ada orang yang menghakimi tulisan galau seseorang?


Saya punya seorang teman yang sangat pintar menulis, Nadia namanya. Seingat saya, dulu waktu SMA, diantara TRIO DOBOL (yang terdiri dari saya, anin, dan dia) dia adalah makhluk yang paling produktif dalam hal tulis menulis. Saya bahkan berani berkata bahwa tulisan dia adalah yang terbaik di antara kami. Dia bisa membuat novel dalam ratusan lembar dan bahkan jumlah novel yang dihasilkannya sangat banyak sampai saya tidak bisa menghitung.

Diantara kami bertiga, Anin beruntung karena novelnya yang pertama kali diterbitkan. Sementara saya dan Nadia harus menunggu lama-lama-lama… walaupun kontrak sudah diteken sekalipun.
Saya kemudian baru menyusul Anin di tahun ini, lima tahun setelah novel perdana Anin diterbitkan (saya pakai kata perdana, agar ada kata kedua, haha). Sementara Nadia…

“Aku sudah nggak bisa nulis lagi,“
“Alasan!“ saya menyahut.
“Iya, alasan!“ Anin ikut menimpali.

Dan Nadia hanya tertawa.

Suatu ketika saya menemukan alasan kenapa Nadia berhenti menulis, dalam sebuah percakapan Facebook (Mungkin kapan-kapan akan saya post hasil perbincangan kami, saya belum tahu caranya printscreen).

Dulu, sewaktu friendster masih heboh, Nadia sangat aktif membuat note-note yang isinya curahan hatinya. Kebetulan saat itu hatinya sedang retak karena baru saja putus dengan pacarnya. Setiap hari bisa 3 note sekaligus ia ciptakan. Saya biasanya menanggapi note itu dengan komentar-komentar ringan seperti: aduh, capek deh… sabar ya… semangat!… atau kadang kumat deh

Masalahnya adalah… tidak semua orang mengenal Nadia dan kelebayannya – sebaik saya. Saya yang sudah full dengan tingkah laku lebaynya akan dengan santai menanggapi note-note lebaynya tersebut.

Namun yang terjadi adalah kebanyakan dari mereka yang membca tulisannya menghakimi tulisan-tulisan galau Nadia dengan berbagai pandangan miring seperti kata-kata: lebay deh… biasa aja deh… desperate banget sih… dan kata-kata lainnya yang akan terdengar menyakitkan bagi orang yang sedang sensitif.

Semenjak itu Nadia berhenti menulis… sama sekali!

Lihat? Betapa kata-kata mampu mempengaruhi seseorang?

Satu patah kata tak hanya mampu memperbaiki hati orang lain, ia juga bisa dengan mudah mematahkannya!

Seseorang seringkali lupa bahwa di dunia ini bukan dia satu-satunya orang yang memiliki hati. Mereka lupa bahwa ketika ia menghancurkan hati seseorang, ia belum tentu bisa mengembalikannya seperti semula.

Sekarang ketika Nadia berhenti menulis sama sekali. Adakah yang berani memastikan ia lebih baik daripada ketika dulu – ketika ia sering menulis note-note galau?

“Setidaknya ia tidak memalukan dirinya di depan umum,”???

Benarkah? Apa kamu bisa memastikan Nadia tidak bertingkah memalukan di depan umum lagi?

Saya percaya, bahwa hati yang luka selalu butuh medium untuk disalurkan. Begitu pula mereka yang mengalami masalah yang berat, mereka yang patah hati, mereka yang gagal, depresi, mereka butuh medium untuk berekspresi. Menulis mungkin adalah ekspresi paling bebas dari seorang introvert semacam saya.

Menulis memang bukan solusi tapi ia membuat saya “bertahan”.

Sekarang, ketika kata-kata kejam tersebut menutup medium itu, ke mana mereka akan berekspresi?

Kamu mau jadi mediumnya? Kamu mau setiap saat mendengar curhatannya? Tangisannya? Keluh kesahnya? Rengekannya? Dan tetek bengeknya? Kamu mau tidak? Jangan kabur, tanggung jawab dong!

Nah, kalau kamu tidak berani tanggung jawab mencarikan medium bagi ekspresi galau mereka yang tertuang dalam sebuah kreativitas serupa tulisan, jangan sok menghakimi. Jangan berkata seakan-akan itu hal yang memalukan. Jangan seakan-akan kamu lebih baik karena kamu tidak menuliskan kegalauanmu!

Saya yakin seratus persen kamu pernah galau. Mungkin kamu mengekspresikannya dengan cara yang jauh lebih buruk dari Nadia. Mungkin kamu ke diskotik, merusak tubuhmu, menghamburkan uang, bertingkah temperamen pada kawan-kawanmu… yah, itu urusanmu… *apatisAbis

Saya cuma berharap. Bagi para galauers, jangan pernah berhenti menuliskan kegalauanmu. Jangan merasa malu hanya karena kelemahanmu terlihat. Jadilah diri sendiri (setidaknya) dalam tulisanmu.

Setiap hari – ketika kau keluar dari kamarmu, menghadapi dunia –tersenyumlah, berjalanlah dengan ceria, hadapi masalahmu. Namun ketika kau menghadapi layar laptopmu, merenung, dan menggalau ria… tak ada salahnya menjadi dirimu sendiri.

Bagi saya, tak masalah kalau manusia memakai “topeng”, sebab topeng bisa jadi adalah jalan keluar untuk mempertahankan diri. Tapi tak ada salahnya juga kalau sejenak kita menanggalkan “topeng” kita untuk jujur pada diri sendiri. Topeng hanya berguna ketika kau menjalani hidupmu sehari-hari, namun ketika kau tengah dalam proses “menyembuhkan hatimu”, tanggalkan… dan lihat “yang terdalam” dari hatimu.

Yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini hanyalah...

Teruslah menulis, kawan… tidak peduli segalau apapun itu… semengerikan apapun hasil tulisanmu!


salam orasi membara,
MERDEKAAAA!!!

Wednesday, May 11, 2011

PUTIH DAN ALASAN KAU MENCINTAINYA


Hampir semua orang berharap ia menjadi sang Putih. Mengapa?
Karena putih adalah lambang kebaikan. Dia adalah cahaya yang memerangi gelap malam. Dia lambang kesucian, dia adalah representasi dari harapan manusia. Putih, bersih, dan suci. Bukankah semakin banyak orang yang terobsesi dengan warna itu?

Warna putih direpresentasikan sebagai pihak yang baik, sempurna, dan tak pernah menyakiti orang lain. Semua kepositifan ada di dalamnya.

Yang menjadi pertanyaan adalah… apa yang paling kamu cintai, esensi dari putih atau justru warna putih itu sendiri?

Bingung?

Kita ganti pertanyaannya, kamu suka “menjadi baik” atau “terlihat baik”?

Saya mungkin pernah terobsesi dengan yang kedua. Saya ingin “terlihat baik” dengan menjadi sang Putih. Karena apa yang saya lihat dalam layar televisi, malaikat selalu berwarna putih, bawang putih selalu baik hati dan bernasib mujur, dan segala ikon-ikon kebaikan lainnya selalu berwarna putih.
Segalanya menjadi keharusan untuk “terlihat putih”.

Saya selalu bersikap baik, manis, tidak mau menyakiti, dan juga… teraniaya! Saya selalu tidak mau membalas dan membiarkan segala hal buruk menimpa saya. Saya akan menjadi bawang putih dalam hidup saya, saya akan menjadi tokoh protagonist dalam drama kehidupan saya.

Sampai akhirnya saya beranjak dewasa dan semakin mengerti.

Warna putih itu tidak baik walaupun tidak bisa dikatakan jahat.

Putih itu tak ubahnya warna-warna lainnya seperti hijau, merah, biru, hijau, dan bahkan hitam. Mereka sama, dan esensi keberadaannya di dunia ini sama, yakni mewarnai dunia. Apa lagi yang perlu diobsesikan dari warna putih kawan? Penampilannya atau esensinya?

Menjadi pihak yang kalah dan disakiti tidak melulu merupakan “pihak yang baik”. Ada banyak alasan ketika pihak tersebut disakiti. Misalnya, pertama, karena ia sebelumnya telah menyakiti lainnya. Atau kedua, karena ia memang tidak berusaha menjaga dirinya dari rasa sakit.

Ada penderitaan di dunia ini yang diakibatkan oleh diri kita sendiri, kawan.

Contoh konkritnya, misalnya, saya, di awal perkuliahan. Saya adalah anak yang pasif dan tidak mau terlihat menonjol. Dalam berbagai kerja kelompok, saya memilih diam dan mengerjakan. Saya sedikit berbicara sebab tak ada yang mendengar. Saya punya kapabilitas yang lebih baik dari lainnya tapi teman-teman sekelompok saya malah “menginjak-injak saya” dengan cara membiarkan saya mengerjakan segala tugas kelompok sendirian.

Wao, bukankah saya sudah seperti bawang putih dalam cerita legenda Indonesia? Mungkin saja saya ini versi nyata Lala dalam sinetron Ibu Peri ?

Masalahnya, kawan, buka matamu!

Saya bukan bawang putih dan saya juga bukan Lala. Keajaiban itu bukan hadiah lotre yang dengan tiba-tiba jatuh padamu dan ibu peri itu cuma tokoh khayalan bodoh yang membuatmu terbuai dalam kejamnya dunia.
Dari sana saya sadar bahwa selama ini saya hanya mencintai warna putih itu sendiri.
Bukan berarti saya tidak percaya keajaiban, bukan berarti saya tidak percaya eksistensi Tuhan yang MahaAdil. Tapi mungkin, Kawan, berusahalah melawan! Keajaiban itu bukan ditunggu, tapi diraih! Dan keadilan Tuhan itu bukan pula ditunggu, tapi dicari!

Tuhan tidak akan mengubah nasib umat-Nya sampai kita mau berusaha.

Kalian boleh menjadi orang baik tapi jangan menjadi orang bodoh!!!

Berusahalah mempertahankan dirimu sendiri. Berusahalah untuk tidak diinjak-injak. Berusahalah mempergunakan kapabilitasmu untuk mengatur hidupmu. Berusahalah! Berusalah menjadi lebih baik walau kau tahu itu sulit, walau kau ingin menyerah sekalipun!

Dan menjadi baik bahkan tidak harus menjadi terlihat baik!

Berhentilah terobsesi pada warna Putih dan mulailah mencintai esensi dari warna putih itu sendiri!
Kamu bisa menjadi hijau, biru, merah, pink, bahkan hitam di dunia ini. Tidak perlu mengubah “warnamu”, tidak perlu memaksakan diri menjadi putih.

Berhentilah kawan, dan mulai terima eksistensi dirimu. Jika kau memang berwarna hitam, tidak apa. Jika kau memang berwarna hijau, tidak masalah. Jika kau memang merah, apa yang buruk dari warna itu?

Kalian bisa "menjadi baik” dengan cara kalian masing-masing.



Sebuah perbincangan:
A : Aduh, jurnalku numpuk! Gimana ngerjainnya nih? Blablablabla…
B : Ayo, semangat! Semangat! Kamu pasti bisa!
A : Ah, kamu mah enak! Kamu kan pinter! Kamu begini kamu begitu, blablabla…
B : loh... ya jangan gitu. Kamu harus semangat ngerjainnya, ntar nilaimu jelek loh !
A : ah, sudah ngantuk. Sudah capek. Kepalaku pusing, dan blablabla...
C : *tiba-tiba menyahut* Iya! Makanya, udah deh… nyerah aja… ga bakalan selesai malam ini. Nyerah aja loooo !!! ngapain juga ngerjain jurnal, ga penting juga!
A : *tertegun*
C : *senyum jahat*
A : Ngerjain aja deh…
C : *ketawa*




Tuesday, May 10, 2011

KEPADAMU, MAAF TLAH MENGABAIKANMU




Kamu tahu kan saya orang yang bebas? Kamu tahu saya sering meninggalkanmu sendiri dan bepergian ke manapun saya suka?
Pernahkan kau bicara, tapi tak didengar? 
Tak dianggap sama sekali.
Entah kenapa diantara ratusan list lagu yang tengah saya putar di Lenovo, lagu Teruskanlah, Agnes Monica tersebut harus ditakdirkan terputar secara random oleh Jet Audio. Itu menyakitkan.
Pernahkah kau tak salah, tapi disalahkan? 
Tak diberi kesempatan…
Kamu tahu kan saya suka terlepas? Dan nyaring suaramu tak lebih saya anggap sebagai sebuah gangguan atas romantisme kesendirian saya?

Bagiku… bersamamu adalah hidup bersama “ikatan” itu sendiri. Saya harus seringkali memperhatikanmu dan juga merespon semua tingkah laku rewelmu. Bagiku, berjalan bersamamu, adalah sebuah tanggung jawab yang harus saya tepati serta janji yang terlarang tuk teringkari.

“Satu pesan tak terjawab,” begitu saya mengerang setiap waktu. 
“Memangnya satu panggilan tak terjawab?” teman saya selalu berseloroh ketika saya berkata demikian.

Ya, bagi saya itu adalah pesan yang tak terjawab. Sebab butuh berjam-jam sampai seharian penuh bagi saya untuk membalas sebuah pesan sekalipun. Kamu terabaikan, saya tahu, tepatnya kamu SENGAJA saya abaikan.

“Ubah dong kebiasaanmu itu!” entah sudah berapa teman-teman saya yang protes, mereka berharap saya bisa lebih memperhatikanmu. 
“Malas ah!” 
“Hu, bilang saja kalo emang ga mau berubah!”
Benar. Saya memang tidak mau dan tidak berusaha berubah. Saya senang meninggalkanmu, saya senang mengabaikanmu.

Saya jahat? Tidak dong, kan saya tidak pernah memperlakukanmu secara kasar.

Saya hanya membiarkanmu berbaring seharian di atas ranjang saya, diam, menunggu, dan sesekali saya akan datang tuk memintamu melayani saya. Dan kamu selalu rela dan berbaik hati melayani saya. Kamu selalu tidak pernah menolak saya. Kamu selalu ramah dan membantu saya dalam banyak hal.

Kendati demikian saya seringkali merasa egois atasmu. Aku hanya datang di saat saya membutuhkanmu saja. Mungkinkah ini refleksi dari rasa bersalaha saya yang mendalam? Mungkinkah jauh di lubuk hati saya yang terdalam, saya sebenarnya mencintaimu? *halah*

Ya, kamu selalu baik pada saya hingga kejadian kemarin sore.

Kamu… meninggalkan saya…
Kamu pergi…
Kamu hilang…
Kamu tak kembali…
Kamu… kamu… kamu…

Kamu yang biasanya selalu setia menanti saya dengan duduk manis dan berbaring di atas ranjang saya! Kamu yang biasanya selalu membantu saya! Kamu yang biasanya selalu mengganggu dengan suara-suaramu di tengah malam! Kamu yang selalu saya abaikan! Kamu yang selalu saya sakiti!

HANDPHONEKUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Hiks… hiks… kembalilah… jangan hilang gitu aja…

Saya kena marah mami gara-gara menghilangkanmu!

NB. Kamu akan lebih memahami arti sesuatu ketika ia hilang dari kehidupanmu


Sunday, May 8, 2011

YANG TERDALAM, YANG TAK (AKAN) TERUNGKAPKAN


Bukannya kamu hilang, kamu cuma…

Tidak ada.

Manakah yang lebih menyakitkan? Ketiadaan atau… ketidaktahuan?



Saat itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Saya masih suka jajan pentol dan makan brem murahan. Keseharian saya terisi dengan pemikiran-pemikiran sederhana yang kini sudah menjadi jauh lebih rumit dari waktu ke waktu. Pemikiran saya, dulu, ah… saya rindu bisa berpikir seperti itu.

Kamu tahu, saya anak yang tidak pernah bisa diam, kan? Kamu tahu saya selalu suka melakukan hal-hal yang saya sukai, dan kamu tahu saya akan melakukan segala hal untuk itu.

Saya, saat itu, belum begitu tahu apa yang terjadi. Saya belum tahu bahwa “hal-hal yang saya sukai” tidaklah sama dengan yang kamu sukai. Saya belum  begitu paham semua itu dan saya hanya bisa merasa aneh ketika saya berbeda dengan teman-teman saya pada umumnya.

Saya adalah murid yang pintar sewaktu SD, kamu tahu itu. Tapi bagimu itu tidak pernah cukup, kamu mau saya melakukan hal-hal lebih.

Tidak.

Kamu tidak menginginkan saya melakukan lebih.

Karena sebenarnya saya sudah melakukannya. Sejak SD saya suka mengikuti berbagai lomba dan ajang bakat dan seni sedari kecil. Saya suka ikut drum band, saya suka ikut lomba baca puisi, saya suka pendakian, saya suka ikut dewan mahasiswa, saya suka menari, saya suka menyanyi, dan saya suka menulis.

Kamu tahu itu namun sebenarnya kamu tidak menginginkan itu semua.

Kamu hanya ingin saya menjadi seperti yang kamu inginkan: duduk diam, belajar, dan mencapai nilai akademis yang memukau.

Kamu ingin saya seperti itu. Maka dari itu segala hal yang saya lakukan sia-sia di matamu.

Saya ingat, ketika SD, ketika parade drum band kami menyabet juara I tingkat kota, kami bersorak-sorak gembira. Semua orang tua memeluk putra putrinya dengan bangga dan berpoto. Tapi kamu tidak ada. Saya ingat ketika kelulusan SD semua orang tua datang dan merasa anak mereka yang terbaik. Tapi kamu tidak datang. Saya ingat, ketika saya mengikuti berbagai lomba pramuka di tingkat SMP, orang tua teman-teman saya mendukung banyak hal pada anak-anaknya. Tapi kamu tidak peduli. Saya ingat ketika kelulusan SMA, mereka pulang bersama anak-anak mereka dan memikirkan akan ke mana anak mereka nantinya berkuliah. Tapi kamu terlalu sibuk untuk memikirkannya.

Saya ingat… dan ingatan itu seringkali menyakitkan.

Saya selalu bisa melakukan banyak hal. Saya selalu mampu sendiri dan saya selalu mampu menghadapi. Saya selalu mampu bertahan dan saya selalu mampu berjalan.

Saya selalu mampu.

Dan mungkin memang benar, tidak ada yang gratis di dunia ini. Saya harus membayarnya.

Saya melakukan segalanya sendiri karena saya selalu mampu. Saya menentukan jalan hidup saya sendiri karena saya selalu bisa memilih. Saya melakukan segalanya sendiri karena semuanya pasti baik-baik saja. 
Saya selalu mampu memperjuangkan apa yang saya ingini.

Dan karena itu kamu pikir saya tidak membutuhkan bantuan.

Saya selalu mampu, begitu kamu berkata.

Dan lagi-lagi saya dibiarkan sendiri.

Saya tahu saya keras kepala. Saya tahu kamu lelah berdebat dengan saya. Tapi mungkin bisakah kita berusaha (setidaknya) membuat satu kenangan indah?

Saya ingin seperti teman-teman saya, berpoto ketika saya meraih prestasi. Saya ingin seperti teman-teman saya, yang dengan bangga orang tua mereka memamerkan kehebatan putra putrinya. Saya ingin seperti teman-teman saya yang kedua orang tuanya selalu hadir ketika dibutuhkan, menemani, dan memberi dukungan.

Tidak. Tidak. Tidak. Itu mungkin terlalu baik buat saya…

Saya tidak ingin seperti mereka. Permintaan saya terlalu banyak dan mungkin kamu akan muak mendengarkan. Permintaan saya terlalu kekanak-kanakan untuk dijalani. Lagian sudah terlambat bukan bagi saya untuk meminta hal-hal remeh seperti itu?

Saya sudah dewasa, begitu kamu bilang.

Tapi kamu lupa, saya… masih anakmu.

*sigh*

Ya, saya tahu, kata-kata ini akan terlalu menyakitkan untuk diucapkan kan? Saya tahu kamu tidak ingin mendengarnya. Dan saya memang tidak ingin menyakiti kamu.

Saya tidak ingin kamu melakukan itu semua karena saya menyampaikan kata-kata menyakitkan ini. Lagian saya juga tidak ingin kamu melakukannya karena terpaksa.

Seperti yang selalu kamu bilang,

Saya selalu mampu…

Sendiri…

Dan saya tahu kenapa saya sangat tidak menyukai Andrea Hirata dan Laskar Pelangi-nya. Dia (Andrea Hirata) sangat beruntung, dia dikelilingi orang-orang yang mendukung mimpinya.

Tenang saja…

Aliran kata-kata ini tuntas sudah bermuara padamu seorang, HeartChime sayang.

Sudah cukup.

*senyum*



BERBAGI RANJANG DENGAN YANG BARU


HELLO, mameeeeeennn… ketemu lagi sama saya, Cewek ga cakep-cakep amat tapi dipaksain cakep. Dan juga ga seksi seksi amat tapi dipaksain seksi. Ow yeaaah! (please, saat kalian baca ini kalian bayangin suara saya mendesah desah, serak serak gitu, kaya suaranya Emma Stone saat adegan ranjang di Easy A).

Kenapa tiba-tiba saya bicara adegan ranjang segala?

Yep! Karena topik pelajaran kita pada hari ini berkaitan dengan RANJANG, anak anaaaakkk!

Selamat pagi, cik gu!

Mamen, saya akhirnya pindah kamar dan bertemu dengan teman sekamar saya yang baru. Kusniah namanya. Kus berasal dari hewan kuskus dan niah berasal dari kata aniayah. Jadi nama dia artinya… jeng jeng…

Gadis muslimah berjilbab…


Loh ga nyambung! *geleng2

Maaf, mamen, otak saya memang lagi error. Ini sering terjadi. Jangan merasa terkejut apalagi sampai kejang-kejang karena saya ga bisa nolongin kalian. Ohkey!

Intinya mamen, saya sekarang punya tempat buat sholat di kamar!

Tempat buat sholat!

Oh yeah! Oh yeah! I’m feeling good, oh yeah! *angkatKaosAlaJunMBLAQ




So! Akhirnya predikat saya sebagai FAKIR TEMPAT SHOLAT (baca post SHOLAT YANG PENTING ATAU YANG PENTING SHOLAT?) luruh juga! Yay!

Sekali lagi, yay!
Dua kali lagi, yay!
Tiga kali lagi, yay!

Intinya, karena kalau saya teriak2 begindang saya bakal dikira orgil, akhirnya saya luapkan kegilaan kebahagiaan saya melalui HeartChime.

Intinya, saya senang, saya ga perlu lagi permisi permisi, gedor gedor, dan sholat ala Too Fast Too Farious!

ALHAMDULILAH… (belagak bijak dikit)

Dan belum habis riang gembira saya karena dapat kiriman buku sastra berjudul BERANI BELI CINTA DALAM KARUNG atas give away Kartini yang mbak maya berikan ke saya ,


di dalamnya juga ada kartu imut yang ditulis mbak maya, berisi pesan singkat yang manis

Dan saya mendapat kejutan, saya mendapat award pertama saya sebagai the most lovely bligger! Dengan deskripsi blogger yang punya attitude super manis, baik hati, suka kasih komen yg positif, dan tidak pelit berbagi.

award blog pertama saya

Kebayang ga sih? Saya ini yang biasanya suka gulung-gulung di comberan dan nyolong ikan asin tetangga, dikatain manis, baik hati, suka kasih komen positif, dan tidak pelit berbagi?

Waow… waow… *menempelkan2tanganDiMukaDenganGayaSeUnyuMungkin

Doa saya adalah… semoga yang memberi award ini – mbak Maya – tidak merasa menyesal di kemudian hari.

Amin!!!

salam Mamen selalu!
MAMEEEENNNNN 



Wednesday, May 4, 2011

SELF NOTE: SEDANG SIBUK

hm... sedang UTS... proposal skripsi masih 30 persen. padahal besok dikumpulin.
walau ada give away dari mbak maya dan pengen ngepost, tapi belum bisa dilaksanakan.
kemarin sibuk pagelaran kakak saya, dia resmi sudah jadi dokter gigi. alhamdulilah. mungkin acara ini nantinya akan saya post.
lalu saya akan pindah kamar dan bertemu teman sekamar baru. ini akan menghambat post saya beberapa hari ke depan.
yang komen-komen mungkin akan terbengkalai.
sampai ketemu saat lenggang di mana kita bisa ngobrol hati ke hati malalui layar laptop, komputer, dan handphone

salam, 
babay lebay jablay

Monday, May 2, 2011

KENAPA SAYA MASIH MENJOMBLO

Ada banyak rasa di dunia ini dan rasa yang paling gemar dicari dan dipenasari oleh manusia adalah rasa jatuh cinta atau jatuh hati…

Kenapa selalu ada kata “jatuh” yang mengawalinya?

Karena jatuh adalah penjelasan yang sesuai tentang kronologi terbentuknya cinta itu sendiri.  Jatuh: sebuah kejadian yang tidak direncanakan. Kadang kita bisa menjadi lebih kuat ketika bangkit berdiri atau kadang kita tidak akan mampu lagi berjalan karena luka yang diakibatkannya. Dan dari sekian banyak rasa yang Tuhan hadirkan bagi saya, rasa jatuh cinta adalah apa yang paling Ia hindarkan dari saya. Ia membiarkan saya terus disibukkan oleh kehidupan saya dan impian-impian saya.







Ketika Lilik melihat telapak tangan kanan saya, dia terkejut, seharusnya ada garis hati yang menggurat dari kanan menuju ke atas. Itu adalah garis hati dalam palmistry (ilmu membaca garis tangan). Saya tidak memilikinya. Telapak tangan kanan saya lurus dan langsung menyambung dengan garis takdir. Dalam palmistry, garis tangan saya disebut sebagai monkey line (entah kenapa namanya begitu) dan garis tangan seperti ini cukup jarang ditemukan.

Saat Ocha dan teman-teman saya bertanya: tapi kamu pernah pacaran kan? 
Saya cuma tersenyum dan berkata: garis hati saja saya tak punya, itu artinya saya tidak punya hati. Nah kalau hati saja saya tidak punya, mana mungkin saya bisa mencintai seseorang dengan sepenuh hati? 
Ocha, Lilik and the geng: eaaaaa!!!!
Jeng jeng… dan saya jadi pujangga dadakan…

Itulah cara ngeles saya yang sangat mujarab untuk mengatakan bahwa saya sama sekali belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta.

Rata-rata teman-teman saya merasakan fenomena mabuk cinta saat menginjak SMA. Saat itulah hormon mereka meledak-ledak dan pembicaran tentang belahan hati mengudara ke seluruh atmosfer. Setiap harinya mereka akan membicarakan siapa jadian dengan siapa dan siapa putus dengan siapa, mereka akan sering curhat tentang gebetan yang tidak membalas smsnya atau cowok mereka yang sama sekali ngga care dengan mereka.

Setiap jam istirahat, mereka akan keluar dari kelas dan menuju lapangan basket, untuk melihat gebetan mereka telanjang dada main basket dan menjerit tertahan ketika cowok gebetan mereka bertingkah keren.

Dan apakah yang dilakukan oleh upik abu macam saya?

Ketika mereka asik curhat, saya sibuk memikirkan bagaimana menghubungi kedua orang tua saya yang tinggal di luar kota karena saat itu saya belum punya hp dan memang harus menghubungi kedua orangtua yang entah ada di mana. Setiap jam istirahat dimulai, saya sibuk mengerjakan tugas sekolah yang tidak sempat dan juga tidak bisa saya kerjakan. Lalu ketika jam pulang berbunyi, mereka akan merencanakan akan hang out ke mana dan pakaian apa yang akan mereka kenakan di malam kecan mereka.

Sedangkan saya, saya akan cepat-cepat pulang ke kos, makan, shalat, dan berangkat kerja. Sepulang kerja, jam 9 malam, saya sudah terlalu kelelahan dan jatuh tertidur. Saya baru bangun jam 3 malam untuk mengerjakan tugas dan melakukan hal-hal yang saya inginkan. Pukul 7 saya berangkat sekolah dan baru pulang pukul setengah 4. Lalu saya akan cepat-cepat pulang ke kosan dan berangkat kerja lagi sampai pukul 9 malam. Begitu terus roda berputar dan masa SMA – yang katanya indah – saya terlewat begitu saja.

Saya kehilangan rasa masa SMA yang katanya adalah masa terindah dalam hidup. Saya tidak merasakan apa yang dituliskan dalam novel-novel teenlit atau digambarkan dalam film-film remaja semcam Ada apa Dengan Cinta, Eiffel I’m in love, dan lain sebagainya. Saya bahkan tidak punya waktu memikirkan itu.

Hati adalah prioritas terakhir dalam hidup saya.

Ketika teman-teman saya sibuk membicarakan patah hati, saya sibuk memikirkan akan makan apa besok pagi. Ketika mereka belajar, saya tenggelam dalam kesendirian kamar saya. Dan ketika mereka asyik hang out, saya bekerja untuk mencukupi banyak hal, saya mengikuti beragam lomba dan mencoba mencari penghasilan dari menulis.
Bukannya saya ingin mengeluh, saya hanya ingin mengenang masa-masa tergelap dalam hidup saya dan menerima tanpa berusaha lari lagi.

Saya pernah berkata pada kakak saya: saat ini (masa kuliah) adalah masa-masa terindah dalam hidup saya.
Kakak saya bengong: indah dari Hongkong, biasa aja kaleee…
Yang ia tidak tahu adalah – bagi saya – kebahagiaan bukanlah ketika kita mendapatkan apa yang paling kita inginkan dalam hidup. Itu terlalu berlebihan, terlalu indah, it’s too good to be trueBagi makhluk hitam seperti saya, hidup tanpa rasa sakit, adalah kebahagiaan itu sendiri.

Dan saat ini bukannya saya menutup hati saya dari rasa itu. Saya (bagaimanapun cueknya saya) juga menginginkannya. Hanya saja, saya tidak memaksakan diri. Itu sebabnya ketika melihat teman-teman saya yang berteriak “jomblo… jomblo” seakan itu adalah masalah yang besar bagi mereka, saya cuma diam saja sambil senyum-senyum. Bukan berarti saya meremehkan masalah mereka (yang jomblo, sama seperti saya), hanya saja saya lebih beruntung dari mereka. Saya belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Saya tidak pernah kehilangan rasa itu karena saya tidak pernah memilikinya.

Inilah yang disebut bahagia dalam ketiadaan, kawan *senyum

Ngomong-ngomong… stat blog saya sudah di atas 1000. Yeee… saya senang walaupun tahu sebagian stats itu adalah hasil dari orang kesasar.

Selamat datang di dunia saya. Kalau menyukainya, mampirlah kapanpun kamu mau, racikan kata saya selalu hadir tersaji bagi kalian. Kalau tidak… tidak apa-apa. Kalau benci, ya sudah, saya sudah biasa. *menerimaDenganLapangDada

Popular Posts

Follower