Setting suasana: saya sedang duduk melipat kaki di pojokan kamar sendirian dengan mata menerawang menembus langit-langit rumah.
Mami (M) : kamu lagi ngapain sendirian di kamar?
Saya (S) : lagi nglamun…
M : nglamunin apa?
S : ga tahu…
M : kamu kok aneh sih!!! Temenin Mami cuci baju!
S : (menyeret kaki) ß pemalas
Setting suasana: di sebuah pertokoan yang ramai, mami saya menunggu di kasir dengan muka kesal dan begitu melihat saya datang dengan troli penuh dengan belanjaan, mami saya marah besar.
M : Lama bener! Kemana aja sih? Mami nunggu udah lama tahu!
S : (muka bloon) ga kemana-mana
M : trus mami telpon kok ga lang cepet ke kasir!
S : eng… kesasar…
M : toko sekecil ini kok bisa kesasar!
S : (nunduk) ß buta arah
Setting suasana: sedang bergoncengan naik motor dan tiba-tiba melihat ada toko buku baru dibuka di kota Tuban.
S : Mi, togamas!!! Ayo ke sana!
M : Ngapain sih?
S : Ya pengen ke sana!
M : Ngapain?!
S : Seneng aja ngeliat buku!
M : Kamu ini aneh…
S : (nunduk) ß ga punya temen, sekeluarga ga ada yang suka buku
Saya menyebut diri saya alien, ga cuma karna fisik saya yang beda dari keluarga saya, sifat saya juga berbeda jauh. Keluarga saya rata-rata punya badan tinggi. Sementara saya pendek kecil. Rata-rata keluarga saya suka belanja baju, saya suka jalan ke toko buku. Rata-rata keluarga saya suka liburan di mall, shoping. Saya suka berpetualang, kabur, dan mendatangi tempat-tempat asyik. Menurut keluarga saya, liburan itu enak di mall, adem, dingin, uang ga habis percuma, jadi barang. Sementara kalau rekreasi, uang habis, barangpun tak ada. Bagi saudara-saudara saya, lebih baik beli baju ketimbang beli buku.
Sebagai pecinta buku, saya sering dapat kiriman buku, entah beli, giveaway atau kiriman teman. Ketika membuka paket pos saya akan memunculkan raut berbinar-binar dan keluarga saya akan menatap saya dengan aneh. Kasihan ya…
Tapi akhir-akhir ini saya merasa ada yang berbeda. Mami saya sudah tidak sekeras dulu. Sekarang seharian di depan laptop, mami saya cuma mendecak dan berlalu. Kadang saya bisa di depan laptop lupa waktu dan lupa mandi dan lupa beres-beres rumah. Sungguh durhaka saya sebagai anak…
Mami saya sudah tidak melarang saya menulis novel, bahkan saya merasa ada dukungan moril tersirat di dalamnya. Dan mami saya juga berusaha memahami satu-satunya anaknya yang bermutasi menjadi anak ga jelas yang suka nglamun, ngowoh, nyasar, dan minum kopi.
Bagi mami saya yang turunan ningrat kolot, segala hal masih dilihat dari satu sisi. Misalnya saja, meminum kopi bisa menjadi dosa yang sangat besar. Mami saya sering memarahi saya kalau ketahuan minum kopi.
M : Ga ada mami nemu orang minum kopi itu ada efek baiknya! Kulit cepet tua, gigi kuning, insomnia, blablabla
S : Masa? Buktinya aku kuliah pinter nih, ip bagus, bisa nulis-nulis…
M : ugh… (menggerutu)
Saya akui saya senang dengan adanya “perubahan” ini namun memang masih diperlukan banyak usaha untuk memperbaiki segalanya. Saya memang keras kepala dan idealis. Saya juga harus memahami banyak hal yang belum saya pahami.
Pesan saya, cemans, pahami orang tuamu. Hal yang paling mengerikan di dunia ini adalah penyesalan, rasa bersalah, dan kehilangan kesemoatan untuk memperbaiki. Maka lakukan yang terbaik. Rata-rata usia manusia maksimal cuma 80 tahun. Bayangkan saja, usia mami saya sudah akan menginjak kepala lima dan saya gamau menyesal. Saya ogah kehilangan kesempatan bagi saya dan mami saya untuk memahami satu sama lainnya. Saya ga mau ada “masalah tak terselesaikan” antara saya dan mami saya. Saya tidak ingin melakukan kesalahan. Saya ingin menjadi jauh lebih kuat agar saya tidak melakukan banyak kesalahan.
Lagi.
|
Rei - Evangelion
kalau punya badan bagus begini, saya juga mau pose mluntir-mluntir kaya mbak ini gambar dan isi tulisan ganyambung |
Salam salabim,