TENTANG SI CHIMER

Thursday, April 26, 2012

MEMAKAN ANJING

Dulu waktu SMA, di dekat kos-kosan saya, ada tetangga yang baru pelihara anjing banyak sekali, sekitar 7 atau 8. Mereka dikurung di balik papan triplek. Siang dan malam terus menggonggong memekakkan telinga. Setiap saya dan teman-teman saya pulang sekolah mereka akan menyalak kencang sekali. Biarpun mereka ga keliatan tapi saya sudah ketakutan. Saya takut anjing.

Terus kemudian, entah apa yang terjadi, setiap jam 3 pagi anjing-anjing itu menggonggong aneh. Seperti ketakutan. Itu bukan gonggongan, itu lolongan. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dalam hitungan bulan, anjing-anjing itu jumlahnya makin berkurang. Dan akhirnya habis sama sekali.

“Dijual kali?” saya berkomentar.
“Wong baru aja beli 8 kok dijual?”
“Dimakan kali? Iya. Dipelihara buat dimakan!” teman saya lainnya menyahut.
Lainnya menimpali, “Mereka (tetangga kosan kami) non-muslim, anjing ga haram buat dimakan. Bisa aja itu tiap jam 3 malam tuh anjing dieksekusi. Hiii!”
“Iya juga. Di Manado, anjing itu termasuk makanan yang biasa dimakan,” saya ikut-ikut ngeri.

Biarpun saya takut anjing, saya ga suka membayangkan ketika anjing-anjing itu harus dimakan. Entahlah. Itu aneh. Rasanya anjing itu terlalu “bersahabat” untuk dimakan. Menurut teman-teman bagaimana? Teman-teman ada yang sudah pernah makan daging anjing? *serem sendiri*

Auh, suatu saat saya pengen pelihara anjing. Mereka so cuuuuteeeeeee...!!!!

saya membayangkan kalau saya pelihara anjing,
saya bakal sering basuh 7 air doooong...
pict from VisualizeUs

Salam,
Annesya 

Friday, April 20, 2012

RUMAH

Sudah berapa lama sejak saya merasa tidak memiliki kata itu? Rasanya asing. Rasanya aneh ketika mengucapkannya. Sudah berapa lama sejak kata itu menjadi momok yang mengerikan? Rasanya ingin mengasingkan diri. Mengilang selamanya. Sudah berapa lama sejak kata itu diperkenalkan namun tak sekalipun saya rasakan? Ada. Nyata.

Semangat saya naik turun seperti manusia pada umumnya. Saya bisa berjuang sangat keras, dan saya bisa terjerembab dengan sama kerasnya. Ironisnya semangat saya luruh ketika berada di… “rumah”.

solitary / bluidea
pict from here

Tuesday, April 17, 2012

KENAPA TUHAN?

Setelah saya ingat-ingat, belum ada satu bulan saya jadi jobseeker. Masih dua minggu. Dan rasanya sudah berbulan-bulan. Mungkin karena banyaknya panggilan kerja yang saya jalani. Atau mungkin besarnya tekanan yang diberikan keluarga terhadap saya.

Orang bijak bilang, Tuhan tidak pernah memberikan ujian lebih besar dari kemampuan manusia tersebut. Kalau benar demikian, cobaan-cobaan yang saya lalui saat ini adalah cobaan yang mampu saya lewati. Seharusnya…

pict from here

Tapi selalu saja terbesit tanya, sampai sejauh mana Tuhan menginginkan saya menjadi kuat?
Tidak bisakah berhenti sejenak dan membiarkan saya menikmati hidup?
Tidak bisakah saya mendapat kesempatan sebesar yang Tuhan berikan pada kebanyakan orang?
Tidak bisakah saya menjadi lemah barang sejenak?
Tidak bisakah saya melakukan kesalahan barang sekali dua kali?
Kenapa saya tidak diizinkan melakukan itu?
Kenapa saya tidak bisa menjadi seperti yang lainnya?
Kenapa saya harus terus berhati-hati dalam hidup saya?
Kenapa Tuhan?

Sunday, April 15, 2012

PULANG...

Pagi itu udara terik menyengat, coca cola dingin mungkin lebih nikmat, tapi saya memilih menu sarapan McD dengan kopi panas yang rasanya tidak enak. Saya datang tepat ketika keranjang jenazah dijalankan keluar rumah. Saya masih bisa melihat kafan putih dari balik penutup hijau dan guling di dua sisinya.

Saya mengikuti di barisan paling belakang, setelah yakin mami saya ikut dalam iring-iringan yang mengantarkan jenazah eyang saya. Ketika pemakaman dilaksanakan, saya masih berdiri saja dengan diam. Di bagian terluar pemakaman, berdiri dengan mata kosong menerawang. Renny, yang menemani saya, bercerita ini-itu (Renny sangat suka bercerita) namun tak satupun dari ceritanya yang terdengar. Saya tidak tahu apa yang saya pikirkan ataupun yang saya rasakan. Kosong.

Saya memilih di bagian terluar makam, melihat jenazah diturunkan dari kejauhan. Sementara phasmina menutupi kepala dan segelas kopi pahit di tangan kanan saya. Saya melihat segalanya dari kejauhan. Orang-orang yang sebagian besar tidak saya kenali. Entah siapa. Sepertinya warga sekitar yang penasaran ikut mengerubung. Anak-anak kecil dari daerah sekitar yang penasaran datang berkunjung.

Prosesi pemakaman menghabiskan sekiranya setengah jam. Selama itu saya tetap menunggu di bagian terluar areal pemakaman. Satu persatu mereka pergi. Tak satupun mengenali wajah saya. Saya memutuskan untuk datang ketika hanya tinggal keluarga inti di pemakaman. Saya mendekati mami dan adek laki-laki saya dengan kepala menunduk. Mami saya (seperti biasa) menyuruh saya duduk di dekat makam. Saya tidak mengerti tapi saya lakukan saja.

Adek laki-laki saya pastinya juga tidak mengerti tapi toh dia menurut saja ketika disuruh mami saya membawa dua guling yang sebelumnya digunakan sebagai pengganjal di kedua sisi jenazah. Kami adalah dua anak yang tidak mengerti. Bagi saya, ini adalah semacam absensi. Semacam, saya hadir!, ketika guru memanggil nama saya sebelum kelas di mulai.

Saya menggandeng pulang mami saya yang berkerudung putih dengan bunga abu-abu, mengenakan kaca mata hitam. Saya tanya, mami sudah makan?, mami saya jawab belum. Saya bilang, mami harus makan. Mami saya menjawab, mami akan terus berada di rumah eyang selama beberapa hari. Saya tidak lagi bicara apapun. Menunduk. Tidak tahu harus menanggapi seperti apa.

Sampai di rumah duka. Sudah banyak yang tidak mengenali wajah saya. Saya suka ekspresi seperti itu. Ekspresi bertanya-tanya yang mengundang, “itu siapa?” Lalu mereka akan “oh” karena lupa siapa saya. Itu ekspresi yang terlihat sangat bloon. Tak rentang 30menit, saya pamit pulang. Menyalami satu persatu pihak keluarga, yang kenal-dan-tidak-mengenali-saya. Saya pulang saat itu juga. Kewajiban saya, tunai. Waktunya pulang...

pict from VisualizeUs

Friday, April 13, 2012

BERITA TERKINI

Eyang putri yang saya cerita di SINI malam ini meninggal dunia. Besok saya akan sibuk menyiapkan pemakaman. 

Sedang berpikir, seandainya surga dan neraka itu tidak ada, kira-kira ke mana seluruh kehidupan ini akan bermuara? Mungkinkah surga dan neraka itu sebenarnya adalah “kelahiran kembali ke dunia”? Semacam reinkarnasi? Dan di sanalah tindakan baik dan buruk kita akan terbalaskan?

Photo of a road sign containing heaven and hell
pict from here
Yang sedang sibuk cari baju duka buat besok, 

Thursday, April 5, 2012

1 APRIL: BIARKAN FOTO BERBICARA

amgkatan HI 2008 yang luar biasa :D

wisudawan HI 2008 kloter pertama :D

my sissy and my mommy, thanks for everything :D

with my friends :D

Bagi saya, lulus kuliah HANYA 3,5 tahun itu cuma satu: bahagia dan lega! *Eh, dua deng...

Salam dan peluk,

Popular Posts

Follower