Saya memutuskan berhenti sejenak dari dunia
pernovelan. Libur nulis novel. Saya sedang berkontemplasi (cieleh). Saya sedang
fokus pada pekerjaan baru saya dan menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku.
Saya sedang ingin menikmati buku sebagai pembaca. Saya rindu ketika membaca
buku dan merasa bisa menikmatinya. Setelah mulai menghasilkan karya-karya yang
berhasil dipublikasikan, pandangan saya terhadap sebuah buku berubah. Saya bisa dengan mudah menemukan plothole dan kesalahan ketik. Di situ
kadang saya merasa sedih. Kenapa saya tidak bisa menjadi naïf dan hanyut dalam kisah?
Saya merindukan masa-masa di mana saya bisa menikmati sebuah buku tanpa ada perasaan
semacam… “eh ini kok kata-katanya ga baku? Lo tadi ini kan pakai gue-elo,
kenapa sekarang aku-kamu? Nah lo, katanya si A kena kanker, kok rambutnya
gondrong?”
Demikian saudara-saudara…
Jadi saya butuh penyegaran *menatap Joe
Taslim*
Saya juga mulai mempertanyakan niat saya
dalam menghasilkan karya. Niat ini, selalu berubah-ubah sesuai dengan prioritas
hidup. Berikut perubahan niat saya:
1. Waktu SMA, niatnya, cuma ingin
menghasilkan uang.
2. Waktu kuliah, transfer rasa sakit. Saya
harus menulis untuk tetap waras.
3. Waktu jobseeker, how to stay forever
dalam industri buku.
4. Waktu kerja, I don’t wanna let anyone
that has the same problem like me to feel alone. Saya ingin menjangkau
orang-orang dengan masalah hidup yang sama dengan saya. Saya ingin membuat
mereka tidak merasa kesepian. Mereka akan hidup dalam fiksi-fiksi saya.
5. Saat ini… err… entalah… itulah yang
sedang ingin saya cari alasannya.
Jadi, saat ini saya akan meregangkan tubuh
sejenak. Saya masih punya satu waitinglist novel yang akan terbit pertengahan
tahun, kalau ada yang merasa kangen. Setelah itu, entah kapan lagi saya akan
menulis novel. *senyum lebar*
Saya harap saya lekas menemukan alasan
yang kuat dalam menulis agar tidak rehat terlalu lama.
Babai kalian i love you…
pict from tuningpp.com