“Wah, aku ga tahu kalau ternyata kamu ada masalah itu.” ujar teman saya. “Ternyata kamu juga ada masalah juga, ya. Padahal aku pikir, kamu kaya ga ada masalah gitu.”
Cukup banyak
teman yang berkata demikian ketika saya menceritakan kisah saya di masa lalu
atau masalah saya yang sudah usang. Mereka terkejut. Beberapa sangat terkejut.
Kemudian saya diam dan berpikir, ternyata akting saya selama ini sangat sukses.
Saya sering
menyimpan masalah saya. Menceritakannya hanya pada teman dekat atau ketika
diperlukan. Bagi saya, masalah hidup, bukanlah makalah yang perlu
dipresentasikan di khalayak ramai dan meminta mereka untuk memahami masalah
saya. Saya sudah melewati banyak kejadian yang membuat saya menyimpulkan bahwa “tidak
pernah ada seorang manusia pun yang benar-benar bisa memahami posisi saya,
karena mereka tidak pernah merasakan.”
Bukan
berarti saya sinis. Dalam banyak kejadian, saya mungkin juga tidak bisa benar-benar
memahami masalah teman saya. Saya juga tidak pernah berada di posisi mereka.
Saya
percaya hanya saya dan Tuhan yang benar-benar bisa mengerti. Saya berhenti
bercerita dan memperbanyak berdoa. Di hadapan lainnya, saya akting baik-baik
saja. Kadang gagal, dan menutupinya dengan tingkah alay. Namun, overall, sejauh
ini, mereka lebih menangkap kealayan saya ketimbang masalah yang saya
sembunyikan.
Yah, bisa
dibilang, saya cukup sukses akting baik-baik saja. Cukup menyakitkan, sih,
ketika orang lain salah memahami kita. Tapi bukankah itu yang saya inginkan?
Saya ingin orang lain melihat saya baik-baik saja. Saya memilih salah dipahami.
Mereka tidak perlu tahu. Mereka toh tidak akan paham.
Bukan
sinis. Ini cuma kenyataan hidup.