TENTANG SI CHIMER

Monday, December 29, 2014

RESOLUSI TAHUN 2015

Resolusi di tahun 2015:
1. Nyicil beli jilbab syar'i yang lebih banyak, beli gamis, rajin rajin pakai kaus kaki.
2. Satu novel terbit tiap tahun.
3. Get settled on the right career track.
4. Rajin sholat dhuha dan tahajud.
5. Baca Qur'an dan artinya.
6. Belajar Islam dengan lebih baik.
7. Travelling akhir tahun.
8. Tetap rendah hati.

Sunday, December 7, 2014

KETIKA DUA ORANG DIPERTEMUKAN MAKA PERTEMUAN ITU AKAN MENJADI PEMBELAJARAN BAGI SATU SAMA LAINNYA

Ketika dua orang dipertemukan maka pertemuan itu akan menjadi pembelajaran bagi satu sama lainnya. Bukan cuma salah satunya. Di dunia ini ada milyaran manusia lahir, jiwa-jiwa yang ditakdirkan bersinggungan denganmu, akan terlahir menjadi manusia yang di kemudian hari bersinggungan dengan hidupmu.

Mereka yang menjadi sahabatmu, keluargamu, kekasih, musuh, dan lain sebagainya. Kalian dipertemukan dalam satu kejadian dan kita saling memberi pelajaran satu sama lainnya.

Ketika dua orang dipertemukan itu bisa jadi keberuntungan bagi keduanya, atau kesialan bagi keduanya. Tidak mungkin salah satunya.

Hidup bukan hanya tentang dirimu sendiri. Hidup adalah tentang banyak orang di dunia.

Saturday, December 6, 2014

Nulis romance pas lagi patah hati tuh... kaya orang badannya lagi demam tuh... terus dijegurin gitu ke kolam dingin penuh dengan bongkah es. Rasanya nusukkk... terus mati rasa... -____- #patahHatiEdisiAlay

Saturday, November 29, 2014

Kau yang puas dengan dirimu sendiri
Dan khalayanmu.
Sempat terlintas ini sesuatu yg spesial.
Barangkali pada akhirnya saya bisa mengerti.
Namun sekali lagi
Kau dengan khayalanmu
aku dengan khayalanku
Kita tidak beranjak ke mana mana
Dan barangkali kita hanya mengisi sepi
Dan menepis bosan.

Sunday, November 23, 2014

ADA HAL-HAL YANG TIDAK INGIN SAYA INGAT

Ada hari di mana tumbuh kebencian di dalam hati saya. Hari di mana saya diperlakukan tidak adil dan saya tidak bisa mencegahnya. Hari di mana manusia lain menghakimi tanpa tahu apa-apa. Hari di mana saya ditempatkan dalam posisi tersangka meski saya sebenarnya tidak merugikan siapapun.

Ada hari-hari yang seperti itu. Ada orang-orang jahat yang tetap menjadi jahat di manapun posisinya, di atas maupun di bawah. Mereka membuat saya tersadar bahwa menjadi orang baik bukanlah takdir, tapi pilihan.

Orang bilang ketika orang bawah beranjak menuju puncak, maka ia akan jadi orang yang baik. Dia akan jadi orang sukses yang tidak menginjak-injak orang di bawahnya. Tapi saya ingin memberitahu kalian yang berpikiran seperti itu, ITU TIDAK SELALU BENAR.


Menjadi orang baik, sekali lagi, adalah sebuah pilihan.

Thursday, November 20, 2014

SISIR TANAH

Saya lagi tergila gila sama SISIR TANAH, band indie jogja. Syair syairnya indah. Saya selalu mendukung keindahan. Saya harap band ini bisa terus berkembang dan karya karya mereka didengar banyak orang.

Pagi hari ini berputar playlist mereka di telinga saya:

Kita mungkin janji air pada tanah.
Mungkin pula janji angin pada api.
Hidup agar tetap membuat bertumbuh.
Tak padamkan setiap janji.
Ku mencari kau di pusat raga.
Ku mencari kau di pusat rasa.
#KITAMUNGKIN #SISIRTANAH

Monday, November 17, 2014

AND THIS MORNING FEELS LIKE EVERYTHING SEEMS SO CLEAR

Tell me you love me, if you don't then lie, lie to me.

Coldplay - true love

This song is playing in my ear right now.

Wednesday, November 12, 2014

Bukan tentang kamu bisa hidup dengan atau tanpanya. Pada dasarnya kamu bisa hidup hingga sejauh ini sendiri. Tanpa dia. Kamu tidak mati hanya karena tidak ada yang mengingatkanmu untuk makan dan menjaga kesehatan. Kamu tidak terluka hanya karena tidak ada yang menyuruhmu untuk berhati-hati. Kamu bisa hidup tanpanya. Itu sudah kamu buktikan sendiri.

Kamu tidak akan mati hanya karena sehari saja tidak mengirim atau menerima kabar darinya. Kamu masih hidup dan bernapas. Duniamu tidak berhenti berputar. Semua baik-baik saja. Tidak ada masalah. Kesunyian ini pun bisa lekas hilang berjalan dengan berlalunya waktu. Kamu tidak butuh dia.

Namun terlepas dari itu semua. Bukankah mulai selalu muncul dia dalam keseharianmu?  Seakan keberadaannya sudah seharusnya. Tidak perlu dipertanyakan lagi. Setelah semua hal yang terjadi dalam hidupmu, kamu membangun dinding demikian tinggi. Kamu berlindung di baliknya dan kamu pikir tidak apa-apa jika sendiri.

Tapi dia datang dengan alaminya. Seperti angin yang menelisik cuping telinga. Seperti bukan hal yang aneh. Seperti sebuah keseharian. Barangkali memang sudah saatnya keluar dari balik dinding. Barangkali kamu kini sudah cukup kuat berpijak di bumi.


Barangkali.

Monday, November 10, 2014

LELAKI YANG PERGI

Kamu ada dalam doaku. Doa yang kupanjatkan dalam sunyi. Sebab tak seorang pun perlu tahu soal kamu. Soal masa lalu. Kamu ada dalam doaku karena hanya begitu saja yang kumampu. Kamu dan aku lebih baik sendiri, bukan? Jarak ini adalah apa yang kamu pilih. Kenapa menyesalinya kini?

Kamu tidak masuk dalam relung benci. Tidak pula masuk dalam relung rindu. Kamu adalah takdir. Takdir yang kujalani karena tak ada jalan lain. Kamu adalah kegetiran yang terpaksa aku kecap. Kamu adalah awal penderitaan yang terpaksa aku jalani. Kamu seharusnya adalah harapan. Dan karena alasan itu kepergianmu bagaikan bencana.

Terlepas dari kegetiran dan penderitaan itu, kamu adalah bagian dari takdirku. Untuk itu aku mengingatmu dalam doa sembunyi-sembunyi. Semoga kamu sehat, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu, semoga kamu menjalani hidupmu sebaik-baiknya, semoga Tuhan selalu menempatkanmu dalam perlindungan-Nya. Karena hanya itu yang terbaik yang aku bisa. Karena begitu satu-satunya cara yang tersisa. Barangkali, di masa depan yang lebih baik, aku bisa memberikan yang lebih baik. Barangkali.

Kamu tahu kamu adalah takdirku. Aku tidak bisa lari darimu.

Aku juga adalah takdirmu. Kamu juga tidak bisa lari, kan? 

Bukankah karena alasan itu kamu berusaha mencari keberadaanku?



Kamu ada dalam doaku. Doa yang kupanjatkan dalam sunyi. Sebab tak seorang pun perlu tahu soal kamu. Soal masa lalu. Kamu ada dalam doaku karena hanya begitu saja yang kumampu. Kamu dan aku lebih baik sendiri, bukan? Jarak ini adalah apa yang kamu pilih. Kenapa menyesalinya kini?

Kamu tidak masuk dalam relung benci. Tidak pula masuk dalam relung rindu. Kamu adalah takdir. Takdir yang kujalani karena tak ada jalan lain. Kamu adalah kegetiran yang terpaksa aku kecap. Kamu adalah awal penderitaan jalan yang terpaksa aku jalani. Kamu adalah harapan yang berakhir bencana.
Terlepas dari kegetiran dan penderitaan itu, kamu adalah bagian dari takdirku. Untuk itu aku mengingatmu dalam doa sembunyi-sembunyi. Semoga kamu sehat, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu, semoga kamu menjalani hidupmu sebaik-baiknya, semoga Tuhan selalu menempatkanmu dalam perlindungan-Nya.
Karena hanya itu yang terbaik yang aku bisa. Karena begitu satu-satunya cara yang tersisa. Barangkali, di masa depan yang lebih baik, aku bisa memberikan yang lebih baik. Barangkali.
Kamu tahu kamu adalah takdirku. Dan aku tidak bisa lari darimu.
Aku juga adalah takdirmu. Kamu juga tidak bisa lari.
Itu sebabnya…


kamu berusaha mencari keberadaanku, kan?



BARANGKALI


Barangkali penderitaan itu adalah bagian dari cara Tuhanmu menyayangimu. Barangkali kesenangan tidak cocok untukmu. Bukan berarti kamu tidak cukup baik. Barangkali kamu terlalu baik. Barangkali. Sebab logika manusia sangat terbatas. Barangkali memang begitu jalannya menuju kebaikan. Barangkali. Karena, sekali lagi, logika manusia sangat terbatas.

Barangkali kalau kamu memang tidak bisa menghindari penderitaan, belajarlah menikmatinya. Barangkali kamu memang bisa menikmatinya. Tidak sekarang. Mungkin nanti. Siapa yang tahu ? Logika manusia sangat terbatas.

Barangkali memang segala sesuatu yang kebetulan dan tepat waktu adalah takdir. Seseorang yang datang ketika kamu sendirian. Seseorang yang tidak sepadan dalam logika, tapi dia datang tepat waktu. Barangkali memang begitu jalannya. Barangkali kalau ia datang lebih cepat atau lebih lambat, kalian tidak bisa bersama. Kalian tidak bisa jatuh hati. Barangkali. Sebab logika manusia sangat terbatas.

Barangkali itu yang disebut takdir. Hal hal yang tidak bisa kita hindari. Hal hal yang tidak memberimu pilihan lain selain menjalani. Barangkali. Siapa yang tahu. Logika manusia sangat terbatas.


Thursday, August 21, 2014

Saya mengenakan hijab bukan agar terlihat lebih cantik.
Sebab saya terlihat lebih cantik tanpa hijab.
Saya mengenakan hijab karena saya menyadari, kalau saya bisa tampil cantik di hadapan Allah, apa pentingnya pendapat manusia lain?

Saya mengenakan hijab bukan untuk menutupi kekurangan.
Sebab saya menganggap kekurangan saya sebagai kelebihan.
Saya mengenakan hijab sebagai bentuk pasrah saya pada ketentuan Allah. Bahwa hal buruk apa pun yang mungkin terjadi di masa depan adalah ujian-Nya, bukan hukuman.

Saya mengenakan hijab bukan hanya untuk melindungi diri dari pandangan lawan jenis.
Saya mengenakan hijab juga untuk membantu lawan jenis melindungi pandangannya.

Saya mengenakan hijab bukan karena saya lebih baik dari mereka yang belum berhijab.
Saya mengenakan hijab sebab saya yang sekarang lebih baik dari saya yang dulu.

Saya mengenakan hijab tidak ada urusannya dengan manusia lain. Saya dan hijab saya adalah urusan saya dengan Allah. Tidak ada urusannya dengan opini orang lain. Pendapat orang lain itu tidak penting lagi di telinga saya.

Dan kalaupun saya bersolek, itu agar saya nyaman dengan diri saya. Bukan untuk mendapatkan pujian dari manusia lain. Sekian.

Friday, August 15, 2014

COME TO THINK ABOUT IT

Come to think about it. Tentang saya dan tanggal 18 nanti. Ini sebenarnya bukan tentang kekalahan saya atas kehendak manusia lainnya. Ini adalah kemenangan saya dalam mendekatkan diri pada Tuhan. Tanggal 18 adalah kelahiran saya sebagai seorang yang berhijab. Saya sudah dinilai layak oleh Tuhan untuk mengenakan hijab penuh. Saya sudah naik kelas. Walau hadiah dari kenaikan kelas tersebut adalah ujian yang lainnya. Namun tidak penting seberapa berat ujian yang saya hadapi nanti, selama saya punya Tuhan. Itu sudah lebih dari cukup.


Saya tidak perlu mempertanyakan lagi apa yang saya lakukan benar atau tidak. Saya sudah mengetahui jawabannya. Tuhan sudah memberikan jawabannya. Tidak penting apa yang manusia nilai tentang saya. Yang terpenting adalah bagaimana Tuhan menilai saya. Hidup hanya hidup. Yang tak akan lama dan segera berakhir tanpa kita pernah memikirkannya. Hidup hanya seperti itu itu saja…

Tuesday, August 12, 2014

BAIK BAIK SAJA

“Wah, aku ga tahu kalau ternyata kamu ada masalah itu.” ujar teman saya. “Ternyata kamu juga ada masalah juga, ya. Padahal aku pikir, kamu kaya ga ada masalah gitu.”

Cukup banyak teman yang berkata demikian ketika saya menceritakan kisah saya di masa lalu atau masalah saya yang sudah usang. Mereka terkejut. Beberapa sangat terkejut. Kemudian saya diam dan berpikir, ternyata akting saya selama ini sangat sukses.

Saya sering menyimpan masalah saya. Menceritakannya hanya pada teman dekat atau ketika diperlukan. Bagi saya, masalah hidup, bukanlah makalah yang perlu dipresentasikan di khalayak ramai dan meminta mereka untuk memahami masalah saya. Saya sudah melewati banyak kejadian yang membuat saya menyimpulkan bahwa “tidak pernah ada seorang manusia pun yang benar-benar bisa memahami posisi saya, karena mereka tidak pernah merasakan.”

Bukan berarti saya sinis. Dalam banyak kejadian, saya mungkin juga tidak bisa benar-benar memahami masalah teman saya. Saya juga tidak pernah berada di posisi mereka.

Saya percaya hanya saya dan Tuhan yang benar-benar bisa mengerti. Saya berhenti bercerita dan memperbanyak berdoa. Di hadapan lainnya, saya akting baik-baik saja. Kadang gagal, dan menutupinya dengan tingkah alay. Namun, overall, sejauh ini, mereka lebih menangkap kealayan saya ketimbang masalah yang saya sembunyikan.

Yah, bisa dibilang, saya cukup sukses akting baik-baik saja. Cukup menyakitkan, sih, ketika orang lain salah memahami kita. Tapi bukankah itu yang saya inginkan? Saya ingin orang lain melihat saya baik-baik saja. Saya memilih salah dipahami. Mereka tidak perlu tahu. Mereka toh tidak akan paham.

Bukan sinis. Ini cuma kenyataan hidup.


Saturday, August 9, 2014

HERE THE THINGS IS


KETIKA SENDIRI

Ketika sendiri saya sebnarnya tahu saya tidak benar-benar sendiri. Ketika tidak ada seseorang yang bisa memahami, saya tahu ada yang benar-benar bisa memahami posisi saya. Saya bicara dengan-Nya melalui dzikir dan kepasrahan. Melalui keinginan untuk semakin mendekat kepada-Nya.

Saya sudah melalui masa-masa sulit di mana membenci-Nya menjadi cara saya bertahan hidup. Mencari bukti bahwa manusia terlahir bukan sebagai wayang, mereka bisa menentukan takdirnya sendiri. Namun sejauh apapun saya lari saya kembali pada-Nya. Sejauh apapun saya memutar, saya ingkar, saya membenci, saya selalu kembali kepada-Nya.

Di saat sulit seperti ini saya tahu saya harus melepaskan semuanya. Saya telah menentukan pilihan. Saya memilihNya. Pada dasarnya semua pilihan menghadirkan resiko. Ketika saya memilihNya saya pun menghadapi resiko. Namun memang pada akhirnya semua pilihan selalu menghadirkan resiko. Apa yang harus ditakutkan?

Maka saya ingin memilih yang benar. Maka saya ingin terluka karena mempertahankan yang benar. Saya ingin jatuh di tempat yang benar dan bangkit di tempat yang benar. Saya sudah lelah berlari dan ingkar. Saya sudah lelah berkata saya belum siap dan menipu diri sendiri.


Saya sudah menemukan jawabannya sekarang. Maka saya tidak akan lari lagi dan ingkar. Saya akan mulai memperbaiki semuanya. Saya akan berdiri di sisi-Nya. Saya tidak akan menjadi bunglon lagi. Saya akan menjadi diri saya sendiri. Apapun yang terjadi. Di masa depan. 

DOA YANG TERJABAHKAN

Saya mulai takut. Pada dasarnya saya masih manusia egois. Saya ingin Tuhan menolong saya. Maka Ia mendekat. Namun ketika saya rasa Ia dekat, saya menjadi penakut. Setiap ucap dan doa menjadi terlalu cepat ditanggapi. Sementara sisi manusia saya belum siap menghadapi resikonya.

Sebagaimana hubungan dengan manusia, hubungan dengan Tuhan pun ada timbal baliknya. Ketika Tuhan terasa semakin dekat dengan saya, saya tahu saya harus merelakan beberapa bahkan banyak hal duniawi yang saya sukai, demi mendekat dengan-Nya. Pada dasarnya saya masih manusia biasa yang masih menyukai hal-hal duniawi. Saya harus ikhlas dengan kesulitan yang menguji iman saya pada-Nya. Pada dasarnya saya merasa iman saya tidak terlalu baik. Saya meragukan diri saya sendiri.

Saya mulai takut dengan doa yang terjabahkan terlalu cepat. Hingga saya merasa setiap laku dan tindak saya diperhatikan oleh-Nya. Saya mulai takut. Namun bukankah kita seharusnya memang hanya boleh takut pada-Nya di dunia ini?

Begitu saya kemudian menyadari.

Friday, August 8, 2014

DOA YANG TERJABAHKAN

Saya mulai takut. Pada dasarnya saya masih manusia egois. Saya ingin Tuhan menolong saya. Maka Ia mendekat. Namun ketika saya rasa Ia dekat, saya menjadi penakut. Setiap ucap dan doa menjadi terlalu cepat ditanggapi. Sementara sisi manusia saya belum siap menghadapi resikonya.

Sebagaimana hubungan dengan manusia, hubungan dengan Tuhan pun ada timbal baliknya. Ketika Tuhan terasa semakin dekat dengan saya, saya tahu saya harus merelakan beberapa bahkan banyak hal duniawi yang saya sukai, demi mendekat dengan-Nya. Pada dasarnya saya masih manusia biasa yang masih menyukai hal-hal duniawi. Saya harus ikhlas dengan kesulitan yang menguji iman saya pada-Nya. Pada dasarnya saya merasa iman saya tidak terlalu baik. Saya meragukan diri saya sendiri.

Saya mulai takut dengan doa yang terjabahkan terlalu cepat. Hingga saya merasa setiap laku dan tindak saya diperhatikan oleh-Nya. Saya mulai takut. Namun bukankah kita seharusnya memang hanya boleh takut pada-Nya di dunia ini?

Begitu saya kemudian menyadari.

Friday, July 18, 2014

DOA DI MASA LALU

Pembicaraan ketika KKN tiga tahun yang lalu, ketika mengajar murid murid SDN Kalipecabean:
Murid : Kak, cita-citaku mau jadi pemain sinetron!
Saya : Hahaha, iya semangat ya! Rajin belajar ya biar cita-citanya tercapai!
Murid : Kalau  kakak cita-citanya apa waktu kecil?
Saya : Jadi penulis.
Murid : Wah, berarti cita-cita kakak udah kesampaian dong! Hebat!
Saya :… (bengong)

Saat itu saya baru sadar bahwa cita-cita saya sudah kesampaian. Saat itu semester enam perkuliahan, novel saya baru satu. Ketika banyak orang kalah oleh mimpinya, saya cukup beruntung menggapainya. Namun, toh, setelah menggapainya, saya terlalu disibukkan dengan ambisi saya yang lainnya, menerbitkan novel-novel selanjutnya. Saya lupa bersyukur.

Ketika saya berada dalam kesulitan, saya jadi ingat bahwa kesulitan yang saya hadapi sekarang sebenarnya adalah doa saya sendiri. Saya yang memintanya di masa lalu. Saya ingin memiliki dua pekerjaan (tetap menjadi penulis dan kerja kantoran). Saya ingin pekerjaan dengan gaji sekian. Saya ingin berangkat bekerja dengan pakaian modis. Saya ingin bepergian urusan kantor dengan mobil. Saya ingin punya kamar kosan yang begini begini begini.


Nyatanya, ketika saya mendapatkan semua itu sekarang. Keinginan saya berubah lagi. Saya mengeluhkan kesulitan-kesulitan yang saya hadapi. Saya lagi-lagi lupa bersyukur. Saya lupa bahwa semua kesulitan yang saya hadapi saat ini adalah doa saya di masa lalu.

Payah... 

Thursday, July 17, 2014

SENDIRI

Tuhan tahu apa yang terselip dalam hati saya. Sebuah ketakutan. Sebuah keraguan. Sebuah kesedihan. Tuhan tahu apa yang tidak saya ungkapkan. Sebab manusia lain tidak akan ada yang bisa memahami.

Ini bukan lagi sebuah perdebatan. Adu pendapat dalam menentukan kalah menang. Ini bukan lagi tentang pandangan manusia pada manusia lainnya. Semuanya menjadi tidak penting lagi. Kata-kata hanyalah kata-kata.


Pada akhirnya saya harus menghadapi semuanya sendiri. Pada akhir semua manusia akan sendiri.

from weheartit

Tuesday, May 13, 2014

KABAR SAYA

Posisi saya sekarang di Solo. Solo adalah kota yang sangat indah, saya akui itu. Masih begitu banyak bangunan tua dan cagar budaya. Saya tipe orang yang suka bangunan tua. Saya suka berada di sini selama tiga hari ini. Walau menurut saya makanan di sini kurang cocok di lidah saya. Terlalu manis.

Kos saya yang baru dibayar kantor, cukup mewah untuk saya yang biasa ngekos anak kuliahan. Dengan televisi, AC, dan kamar mandi dalam. Yah, apalah… gaya amat gembel macam saya ngekos di kosan yang ada kamar mandi dalamnya. Biasanya juga mandi di selokan. Berangkat kantor cukup jalan kaki 10menit.

Kantor saya yang baru sepi. Ketika saya buka laci, serasa bledek datang menyambar. Jeder jeder. Semoganya semuanya berjalan baik-baik saja di kantor. Saya harap semuanya akan lebih baik. Bahasa Jawa saya di sini kurang sopan, saya lebih sering pakai bahasa Indonesia.

Nah, yang mengejutkan, di Solo ternyata ada Mall bagus. Katanya, mall di Solo lebih bagus daripada di Semarang. Eh cieh… ini kartu Starbucks bisa dipake lagi. Eh cieh bisa nonton pilem baru di XXI.

Hal baik saat ini :
1. Bangunan dan kota yang lebih bersahabat.
2. Lebih dekat dengan kakak saya. Kakak saya bisa mampir kos buat belanja di Mall.
3. Kosan kece yang dibayari kantor.
4. Mall yang ga kalah kece dari Surabaya.
5. Tukang becaknya ga sesongong di Surabaya. Masih mau dibayar 5000 buat jarak dekat.
6. Ke mana-mana dekat dari satu mall ke mall lain. Taksi ke mana-mana cuma 20rb-an.

To do list:
1. Cari laundry-an yang terpercaya.
2. Belum cuci underwear.
3. Belajar naik mobil.
4. Beli peta Solo.
5. Kerja, kerja, kerja.
6. Berserah pada Allah.


 Ini ga ada yang mau mampir-mampir ke solo nengokin saya? Hehehe... 

Saturday, April 26, 2014

KALAH

from weheartit



Saya sebelumnya berpikir bahwa kerja keras akan selalu membawamu ke tempat yang seharusnya. 
Sebelumnya saya yakin menjadi orang baik adalah hal yang utama. 
Kini saya sampai pada kenyataan bahwa kerja keras belum tentu membawamu ke tempat yang sepantasnya.
Menjadi orang baik juga bukanlah pilihan yang mudah. 
Namun saya tetap berpikir apa yang telah saya lakukan adalah hal yang benar, 
meski dikatai bodoh,
meski dikatai salah, 
dan kini dinyatakan kalah.

ANNESYA

Friday, April 11, 2014

KARENA

Kenapa harus saya yang mengalami semua ini?Kenapa bukan orang lain saja?

Karena Tuhan menyayangimu dengan cara yang "berbeda". Karena Tuhan menempatkanmu di tempat itu dengan sebuah alasan yang harus kamu temukan sendiri jawabannya.

Saturday, April 5, 2014

AKAN JAUH LEBIH BAIK

Jumat, lembur. Ketika saya pulang hanya tersisa segelintir orang di kantor. Sebenarnya hanya tersisa segelintir orang di lantai gedung. Saya terlalu malas turun ke toilet lantai UG. Jadi saya masuk ke toilet lantai delapan dan mulai mengenakan hijab.

Tiba-tiba pintu salah satu bilik kamar mandi terbuka, salah seorang senior saya keluar dari dalamnya. Tangan saya membeku di udara. Tenggorokan saya tercekat. Senior saya berlalu tanpa menyapa saya, entah pura-pura tidak tahu atau hanya tak peduli.


Semoga, ia cukup tidak peduli. Itu akan jauh lebih baik.

ANNESYA

Thursday, April 3, 2014

SELAMAT ULANG TAHUN YANG KETIGA, HEARTCHIME


Tanggal 3 April tiga tahun yang lalu adalah posting pertama Heartchime dipublish. Sebuah puisi pendek berjudul Simpul Mati. Silakan jalan-jalan ke arsip jika ingin menemukannya.

Saat itu tidak pernah terpikirkan bahwa saya akan rutin menulis postingan di blog ini hingga tiga tahun ke depan. Tapi, yah, ternyata toh Heartchime terus hidup sampai dengan sekarang.

Selamat ulang tahun, rumah bagi hati saya, my dearest heartchime. Heartchime adalah kenangan, dan memoar. Heartchime adalah kantong sampah yang isinya bisa diubek-ubek oleh siapa saja. Pada dasarnya sampah pun bisa didaur ulang. Mungkin di antara sampah-sampah saya, ada yang mendapatkan keuntungan, ada yang cuma mendapatkan bau yang tidak sedap. Tapi sekali lagi, namanya juga kantong sampah, salah siapa kalian ubek-ubek kantong sampah saya, coba? Ga ada yang maksa juga.


Selamat ulang tahun, Heartchime. Let me kiss you. #ciuminLaptop

oke, salah gambar. ya sudahlah yah...
from here


ANNESYA

Wednesday, April 2, 2014

SAAT ITU

Selasa pagi saya berangkat kerja dengan blouse dan rok sepan. Tiba-tiba saya merasa tidak nyaman. Sepulang kerjanya, saya mengganti sepan dengan celana jeans dan mengenakan hijab.

Pagi tadi, saya berangkat ke kantor dengan hijab melilit kepala. Setiap harinya, saya selalu berjalan kaki ketika berangkat dan pulang kantor.

Begitu sampai gedung kantor, saya lansung menuju toilet, dan melepas hijab. Perlahan-lahan saya melepas peniti dan jarum pentul, lalu merapikan rambut dengan sisiran jari.

Saya berjalan menuju lift dan memasukinya. Membiarkan lift berdenting ke lantai 8 dan saya memulai hari saya tanpa hijab di lingkungan kantor.

Pulangnya, saya memutuskan untuk turun ke lantai UG, menuju ke toiletnya. Karena saya tidak ingin orang-orang di kantor tahu saya mengenakan hijab. Begitu sampai toilet, saya kembali mengenakan hijab saya.


Saat itu, di depan kaca toilet, saya menangis. 

ANNESYA

Monday, March 31, 2014

SEBUAH "ALASAN"

Jadi saya telah sampai pada sebuah titik di mana saya menemukan alasan untuk mengenakan hijab. Saya yang selama ini mengelak mengenakan hijab karena ingin menemukan “jawaban” sendiri. Saya yang selama ini berkata bahwa suatu saat akan mengenakan hijab namun tidak sekarang.

Sayangnya keputusan ini mungkin sudah sedikit terlambat. Saya menemukan "alasan" ketika saya tidak bisa mengenakan hijab di kantor. Sedikit ironis memang. 

Jadi terhitung sejak kemarin saya mengenakan hijab ketika keluar. Namun ketika berangkat kantor saya melepas hijab saya. Kita anggap saja ini sebagai proses saya belajar mengenakan hijab. Kita sebut saja bahwa ini adalah ujian yang harus saya lewati untuk “naik kelas”, untuk kemudian layak menjadi “yang berhijab”. Mungkin saat ini saya belum layak menyandang predikat itu. Mungkin saja. Entahlah.


Dalam hati kecil saya, timbul ketakutan. Saya takut dengan kondisi saya yang “memakai-melepas hijab” karena alasan pekerjaan. Saya takut kehilangan momentum untuk naik kelas di hadapan Allah SWT. Saya harap kesempitan saat ini akan membawa saya pada kelapangan di masa depan untuk mengenakan hijab seutuhnya. 

Amin.

ANNESYA 

Saturday, March 22, 2014

ANGIN KOSONG

Setelah sekian lama, akhirnya kita berada di sini, duduk berhadapan dengan sepiring iga bakar yang sudah habis. Bagaimana aku bisa memulai semua ini? Bagaimana aku bisa berpura-pura tidak tahu ketika aku berulang kali menangkap matamu yang menatapku dengan memuja? Aku merasa jadi brengsek.

“Jadi… gimana soal kemarin?” aku memulai.

Kamu tampak tercekat. “Ya, itu jelekku. Aku gampang marah.”

“Apa ada yang kurang jelas… soal yang kusampaikan kemarin?”

“Ya, dari awal aku sudah tahu kita ga mungkin akan ke mana-mana. Aku cuma suka jalan sama kamu.”

Dari sisiku, aku cuma tidak mau terlalu melukaimu. Walau pada akhirnya aku tetap saja melakukannya. Aku, si brengsek yang setiap kata yang kuucapkan hanya akan terdengar brengsek. Setiap kata yang kukeluarkan hanya akan jadi angin kosong yang tidak berarti.

“Bagiku, kamu spesial. Cowok yang mendapatkanmu sangat beruntung.”

“Haha, sekarang aja kamu bilang gitu! Ntar begitu ketemu jelekku juga ga bakal bilang gitu!” aku berusaha melucu.

”Nah itu, aku belum nemu jelekmu.”

“Jelekku banyak! Cuma kamu aja yang tutup mata.” Aku masih berusaha tertawa, tawa memaksakan sebenarnya.

“Seharusnya kamu jahat sama aku. Biar seperti orang jatuh, sekalian aja diinjak terus didorong masuk jurang.”

Aku menelan ludah dan menatapnya sungguh-sungguh. “Kamu mau aku seperti itu? Kalau kamu benar mau, aku ga apa-apa.” Ujarku. Sebenarnya aku ingin berusaha meringankan rasa sakitmu dan juga rasa bersalahku. Aku akan melakukan apapun.

Kamu menggeleng. “Kita berteman saja.”

Kamu dengan gugup memotong-motong timunmu. Aku dengan gugup mengaduk-aduk es campurku. Kamu tidak tahu betapa merasa brengseknya aku. Dan aku mungkin tidak akan pernah tahu betapa terlukanya kamu. Kita sama-sama tidak tahu. Atau mungkin, kita hanya sepakat tanpa suara, untuk pura-pura tidak tahu.

“Aku berusaha mengalihkan padanganku tapi setiap hari aku ketemu kamu dan melihat kamu. Sialnya, setiap hari kamu semakin terlihat…,” kata-katamu menggantung.

“Apa kita sebaiknya ga usah bicara?” potongku. Aku tidak ingin mendengar lanjutan dari kata-katamu. Aku terlalu egois.

Kamu lagi-lagi menggeleng. “Kita berteman saja.” Kamu menghela nafas. “Menyukai bukan berarti memiliki kan?”

Itu kata-kata basi sebenarnya, tapi, entahlah, aku yang biasanya tidak mempercayai itu tiba-tiba mempercayainya. Kita beranjak pergi dengan perjanjian itu. Kita berteman saja. Berteman. Sebagai teman yang baik kamu mengantarku pulang. Sekali lagi, sebagai teman. Digarisbawahi dan dipertebal.

Kamu memastikan aku sampai masuk ke balik pagar. Aku sekali lagi harus berakting pura-pura tidak tahu, harus berakting dingin, dan tidak terlalu bersikap manis padamu. Akting yang kuharap membuatmu tidak terlalu terluka. Aku benci berada dalam posisi ini. Aku benci berada dalam posisi yang harus menyakiti orang sebaik kamu.

Aku sebenarnya ingin bilang terima kasih. Terima kasih karena repot-repot menyukaiku yang aneh ini. Terima kasih karena sudah menyukaiku dengan cara yang begitu baik dan begitu berbeda. Terima kasih karena sudah mau terluka karena menyukaiku. Terima kasih.

Namun, ucapan terima kasih ini hanya akan menjadi angin kosong kan? Tidak berarti dan tidak akan mengubah apapun. Jadi aku memilih menelannya di pangkal kerongkongan.


ANNESYA

Thursday, March 13, 2014

SEPULUH TAHUN YANG LALU, JUGA HUJAN

Akhir-akhir ini setiap jam pulang kantor, hujan turun dengan derasnya. Sambil berjalan sendirian di trotoar, saya menggenggam payung, dan memori saya berputar ke kejadian 2004 silam, sepuluh tahun yang lalu. Kejadian yang butuh waktu delapan tahun lamanya untuk menyembuhkan trauma yang saya alami akibat kejadian itu. Saya benci berada di luar dan sendirian ketika hujan deras turun. Saya sangat membencinya.

Saat itu, sepuluh tahun yang lalu, hujan turun sangat deras dan saya sendirian. Saat itu saya berteriak sangat kencang meminta pertolongan tapi tidak ada yang datang. Saya berusaha memanggil mobil yang lewat, namun mereka berlalu. Suara saya mungkin teredam petir dan derasnya hujan yang menampar jalanan. Saya tidak tahu. Entah karena mereka tidak mendengar atau tidak peduli. Saya tidak tahu. Saya tidak mau tahu. Segalanya sudah tidak penting lagi.

Sepuluh tahun yang lalu, saya menangisi kejadian itu. Saat itu saya tahu bahwa manusia bisa menjadi demikian tidak berhati nurani. Saat itu saya tahu bahwa dunia di luar sana begitu kejam. Saat itu usia saya empat belas tahun. Walau saya tidak mengalami kehilangan yang berarti, sesuatu dalam diri saya berubah. Ketakutan yang menghantui saya bertahun-tahun lamanya. Mungkin hingga saat ini saya belum mampu mengatasinya. Mungkin saat ini saya hanya sekedar berpura-pura berani. Mungkin. Entahlah.


Ini adalah kisah yang tidak bisa saya bagikan kepada banyak orang. Namun ini adalah kisah yang perlu saya sampaikan pada banyak orang. Selalu ada alasan kenapa Tuhan menyelamatkan saya dari kejadian itu. Selalu ada alasan kenapa Tuhan masih mempertahankan saya di dunia ini. Saya akan mencari alasan itu. Saya hidup demi mencari alasan itu.

ANNESYA

Tuesday, March 11, 2014

MAHA (GA) PENTING

Saya dan teman saya pergi ke Indomar*t berniat membeli kapas wajah. Orang-orang ramai berlalu lalang keluar masuk minimarket. Ketika saya hendak mengantongi kunci yang saya bawa ke celana olahraga yang saya kenakan, saya merasa ada yang salah.

Saya (S) : Mbak, sini deh!

Teman saya (TS) : (mendekat) Apa?

S : Aku punya cerita lucu.

TS : Apaan?

S : Celanaku kebalik.

TS : (melongo bentar, memperhatikan celana yang saya kenakan, ngakak puas)   


ANNESYA

Friday, February 28, 2014

HIDUP ITU SEPERTI REMIDI

Oke, yang namanya ujian itu akan terus berulang dan berulang, hingga kita lulus. Sama seperti hidup. Selama saya tidak mampu melewati suatu ujian, ujian itu akan terulang diulang dan diulang oleh Tuhan. Mungkin Tuhan ingin mengajarkan saya sesuatu. Sampai saat pesannya tersampaikan, ujian-Nya akan terus diulang dan diulang.

Sekian,
Annesya

Wednesday, February 26, 2014

TUHAN, AKU CUMA PUNYA KAMU

Tuhan, aku cuma punya kamu. Ketika semua pergi. Ketika semua tidak mengerti. Ketika semua bantuan hilang dan aku jalan sendirian, tidak tahu arah tujuan.

Tuhan, aku cuma punya kamu. Ketika aku sadar semua yang kumiliki adalah milikmu. Ketika aku sadar aku tidak memiliki apa-apa, kecuali kamu. Tuhan, aku cuma punya kamu. Sementara kamu punya aku yang tidak berarti apa-apa bagimu.


Tuhan, aku cuma punya kamu. Dan kamu tidak hanya memiliki aku, melainkan semua yang ada di langit dan di bumi. Tuhan, kamu punya semua. Kamu mengendalikan semua. Tuhan, aku cuma punya kamu. Aku mohon, tolong aku. Tolong aku yang tidak memiliki apa-apa ini, kecuali kamu. Tolong aku.

Tuhan, aku cuma punya kamu.

Saturday, February 15, 2014

SEBAB

Sebab perbuatan baik kita belum tentu akan mendapat balasan yang serupa dari orang lain, jadi berbuat baiklah karena kamu ingin berbuat baik. Sekian. Terima kasih. Lagipula, ga ada juga yang maksa kamu berbuat baik.

Btw, tanggal 22, alias minggu depan ada MEET AND GREET penulis Grasindo di Surabaya. Come and join us! :D

http://whentheheartchimes.blogspot.com/2014/02/meet-and-greet-penulis-grasindo_13.html

Salam,
Annesya

Thursday, January 30, 2014

PAK, PLEASE...

Sebuah miscol masuk dan saya berinisiatif untuk menelepon balik.
Saya (S): Halo, tadi nomor ini menelepon saya. Ini siapa ya?
Pak Pos (PP): Halo, saya dari jasa pengiriman T. Ini dengan Mbak Nesya?
S: Ya. Saya sendiri. Ada paketan apa, Pak?
PP : Paketan dari PT blabla… ancer-ancer rumahnya Mbak di mana ya?
S: (menjelaskan dengan detail)

PP paham dan telepon ditutup. Lima belas menit kemudian, PP kembali menelepon.
PP: Mbak, saya sudah di pertigaan.
S: Wah, betul, rumah saya deketan situ. Coba tanya orang deket situ, pasti mereka tahu deh.
PP: Baik, Mbak!

Telepon ditutup. Lima menit kemudian PP telepon.
S: Ada apa, Pak? Sudah ketemu rumah saya?
PP: Aduh, Mbak! Saya minta maaf! Minta maaf banget lho, Mbak!
S: (ikutan panik) Ada apa emangnya, Pak?
PP: Gini, Mbak, saya sudah di depan rumahnya Mbak…
S: Terus? (berusaha mengatur nafas)
PP: Paketannya Mbak ketinggalan di meja saya.
S: #GLODAK
PP: Saya anterin lagi sorean ya, Mbak. Maaf ya! Ini paketannya ketinggalan e mbak… piye…
S: Hahaha, gapapa, Pak! Tenang aja, ga keburu-buru kok paketannya.


Telepon ditutup. Saya ngakak.

Friday, January 24, 2014

BEGITU BANYAK HATI

from weheartit



Sebab di dunia ini ada begitu banyak hati dan tidak semuanya bisa kita pahami.
Seringkali kita tidak bisa menyadari bahwa kita baru saja menyakiti hati lainnya.
Sebab di dunia ini ada begitu banyak hati dan tidak semuanya bisa kita lindungi.
Seringnya kita gagal mengerti.

Saturday, January 18, 2014

POSTING MAHA (GA) PENTING

Saya lagi kumat galau. Galaunya saya adalah karena memikirkan hal-hal yang tidak tuntas. Kadang memikirkan takdir. Saya kebanyakan mikir. Padahal seringkali, percuma capek mikir, hasilnya ga bener juga.

Wednesday, January 15, 2014

PADA AKHIRNYA

day three hundred. hit and run. / katie lee picture on VisualizeUs
from weheartit



Pada akhirnya manusia akan bermuara di tempat yang sama.
Jiwa-jiwa yang dituakan kehidupan.
Kedewasaan,
atau proses keterpaksaan menurunkan dinding ego.
Jiwa-jiwa yang sebelumnya mengelak dari kenyataan.
Jiwa-jiwa yang menguat seiring luka yang lalu.

Pada akhirnya manusia akan bermuara di tempat yang sama.
Berdiri di tanah yang sama.

Pada akhirnya manusia akan bermuara di tempat yang sama.
Sejauh apapun ia lari.


Popular Posts

Follower