TENTANG SI CHIMER

Monday, September 21, 2015

HOW IT FEELS

How it feels to be somebody's reason to smile?
How it feels to be somebody's reason to stay?

Wednesday, August 12, 2015

I WONDER I WONDER

Kekuasaan atau kemampuan menjatuhkan orang lain adalah sesuatu yg tricky. Dalam beberapa kesempatan saya menyadari betapa manusia begitu tergoda menjatuhkan orang lain ketika ia mampu dan mau. Ketika tidak suka dan punya kemampuan untuk menjatuhkan, manusia akan tergoda untuk menunjukkan kemampuan itu.
Saya merasakan hal seperti itu juga kadang terlintas dalam pikiran saya yang bukan siapa siapa. Bayangkan hal demikian terlintas dalam pikiran mereka yang berkuasa. Mereka mungkin tidak akan segan bertindak sebagai Tuhan.

Wednesday, August 5, 2015

THAT AFTERNOON

“Mencari itu mudah, tapi menemukan yang cocok itu yang susah.” Kamu berkata demikian ketika aku bertanya kenapa aku? Kenapa bisa?

Barangkali ketika kamu mengucapkan itu kamu sedang membicarakan dirimu sendiri di masa lalu. Bersama perempuan-perempuan sebelum aku yang menjadikanmu berpikir seperti itu.

Dan karena tidak menemukan alasan untuk menolakmu, aku mengiyakan, mengizinkamu masuk dalam hidupku. Saat itu aku hanya ingin menemukan jawaban.

Lalu di saat lain aku datang kepadamu dengan membawa berita bahwa aku mungkin akan pergi meninggalkanmu. Mutasi. Barangkali luar jawa. Barangkali.

Hidupku yang dipenuhi dengan barangkali. Sudah berapa banyak laki-laki yang menyerah dan aku tidak berharap kamu untuk bertahan. Aku bisa memahami kalau kamu seperti yang lainnya. Bukan hal yang mudah berurusan denganku.

“Lalu apa masalahnya?” kamu bertanya.

“Lalu kita gimana?“ aku kembali bertanya.

“Hubungan kita? Aku nggak melihat adanya masalah. Kalau kamu memang ditempatkan di luar Jawa, memangnya kenapa?” jawabmu dengan nada sedikit kesal.

Aku diam saja, mendengar suara angin yang menerpa wajahku.

“Kamu mau kita gimana? Kalau aku mau terus lanjut. Sekarang aku tanya apa maumu?“

Bagaimana mungkin kamu sebegitu yakin sementara aku tidak?

Tapi akan sangat jahat jika dengan jujur saat itu aku berkata aku ingin semuanya berakhir jika memang aku harus pergi.

Sebegitu saja.

Kamu bilang aku nggak boleh berpikir aku bisa hidup tanpa lelaki.

Aku bilang aku telah melewatkan dua puluh lima tahun hidupku tanpa kehadiran laki-laki di saat-saat terburukku. Toh aku bertahan hidup sampai hari ini. Aku sudah pada batas di mana aku menyadari bahwa perempuan bisa terus hidup tanpa eksistensi laki-laki.  Setidaknya aku jenis perempuan yang seperti itu. Entah dengan perempuan-perempuan lainnya di luar sana. Yang rela menyembah dan mendewakan lelaki. Entah dengan jalan berpikir mereka. Itu bukan urusanku.

Sebagaimana cara berpikirku yang juga bukan urusan mereka.

Kamu diam saja.

Aku juga diam.

Tanganmu meraih tanganku, menggenggamnya, dan berkata, “Jangan pergi. Aku sulit menemukan yang seperti kamu.”

Aku tidak berani menatapmu. Karena aku tidak berani menjanjikan apapun. Petang hari itu aku membiarkanmu menggenggam tanganku karena aku berpikir itu adalah terakhir kalinya. Itu adalah sebuah perpisahan. Aku tetap berpikir atas kemugkinan meninggalkanmu.

Aku berkata padamu di lain kesempatan bahwa barangkali kamu tidak benar-benar menyukaiku. Barangkali kamu hanya menyukai apa yang telah kamu dapatkan. Aku hanya bagian dari pencapaianmu. Barangkali kamu menyukai eforia ketika teman-temanmu menyebutku begini dan begitu.

Ketika masa-masa itu berlalu dan ternyata aku tetap di sini. Bersamamu. Aku baru menyadari betapa mengerikannya pemikiran pemikiran itu. Betapa mudahnya aku melepaskanmu. Betapa aku sudah tidak mampu lagi memercayai siapapun. Betapa seharusnya aku merasa beruntung atas kehadiranmu.  

“Jangan menyerah semudah itu. Kamu seharusnya nggak menyerah semudah itu. Kalau aku berusaha kamu harusnya juga begitu.“

from visualizeus
Saat itu dari seberang telepon aku menangis. Entah kamu tahu atau tidak.

Sunday, July 5, 2015

HALO, CHIMERs, APA KABAR?

Halo, sudah lama nggak ngobrol sama kalian. Sini sini kita duduk bersama dan saling tukar kabar. Kabar saya alhamdulilah baik dan saya lagi sibuk dengan pekerjaan baru saya. Di kantor yang baru budaya lemburnya kenceng banget. Saya biasa pulang jam 9 atau jam 10 setiap harinya.

from visualizeus

Berita kedua adalah anak kedelapan saya lahir: MUARA RASA. Saya bahkan terlalu sibuk untuk mengabari kalian kan? Padahal setiap kelahiran karya saya biasanya selalu menyempatkan diri untuk berbahagia.

cover anak ke delapan saya

Berita ketiga adalah I am no longer jomlo. It's kinda hard to explain. We are so... different. But we still make it until now.

get the pict from tumblr
At last, I wanna tell you guys happy fasting.
I love you!

Kecup basah,

Saturday, March 7, 2015

REHAT SEJENAK, BABAI PROYEK NOVEL

Saya memutuskan berhenti sejenak dari dunia pernovelan. Libur nulis novel. Saya sedang berkontemplasi (cieleh). Saya sedang fokus pada pekerjaan baru saya dan menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku. Saya sedang ingin menikmati buku sebagai pembaca. Saya rindu ketika membaca buku dan merasa bisa menikmatinya. Setelah mulai menghasilkan karya-karya yang berhasil dipublikasikan, pandangan saya terhadap sebuah buku berubah. Saya bisa dengan mudah menemukan plothole dan kesalahan ketik. Di situ kadang saya merasa sedih. Kenapa saya tidak bisa menjadi naïf dan hanyut dalam kisah? Saya merindukan masa-masa di mana saya bisa menikmati sebuah buku tanpa ada perasaan semacam… “eh ini kok kata-katanya ga baku? Lo tadi ini kan pakai gue-elo, kenapa sekarang aku-kamu? Nah lo, katanya si A kena kanker, kok rambutnya gondrong?”

Demikian saudara-saudara…

Jadi saya butuh penyegaran *menatap Joe Taslim*

Saya juga mulai mempertanyakan niat saya dalam menghasilkan karya. Niat ini, selalu berubah-ubah sesuai dengan prioritas hidup. Berikut perubahan niat saya:
1. Waktu SMA, niatnya, cuma ingin menghasilkan uang.
2. Waktu kuliah, transfer rasa sakit. Saya harus menulis untuk tetap waras.
3. Waktu jobseeker, how to stay forever dalam industri buku.
4. Waktu kerja, I don’t wanna let anyone that has the same problem like me to feel alone. Saya ingin menjangkau orang-orang dengan masalah hidup yang sama dengan saya. Saya ingin membuat mereka tidak merasa kesepian. Mereka akan hidup dalam fiksi-fiksi saya.
5. Saat ini… err… entalah… itulah yang sedang ingin saya cari alasannya.

Jadi, saat ini saya akan meregangkan tubuh sejenak. Saya masih punya satu waitinglist novel yang akan terbit pertengahan tahun, kalau ada yang merasa kangen. Setelah itu, entah kapan lagi saya akan menulis novel. *senyum lebar*

Saya harap saya lekas menemukan alasan yang kuat dalam menulis agar tidak rehat terlalu lama.

Babai kalian i love you…

pict from tuningpp.com


Monday, February 9, 2015

SIAPKAH?

Pada akhirnya manusia akan mendapatkan apa yang dia niatkan maka berniatlah yang baik.
Pada akhirnya semua doa akan terjabahkan, pertanyaannya adalah, siapkah kamu?

Wednesday, February 4, 2015

Ya Allah, di depan manusia saya hanya ingin terlihat cantik seperlunya saja.
Tapi di depanMu, izinkan saya tampil cantik seutuhnya.
Saya toh palingan kalo mati ya dimakan belatung.
Begitu harapan saya.
Aamiin.

CURCOL NGALOR NGIDUL

Kabar saya? Saya sedang packing untuk pindahan ke Pekalongan. Yep, kantor baru saya menempatkan saya ke sana. Sangat melelahkan sebenarnya hidup ini. Tapi manusia tidak boleh tertipu pada kehidupan yang fana ini. Eeeaaa….

Yah saya sedang banyak masalah (err… biasanya juga selalu banyak masalah sih). Banyak hal perlu diselesaikan. Saking stresnya, saya cuma bisa berdoa saja. Saya malas ragu pada masa depan. Saya malas hidup (ini sih sudah dari dulu yak). Saya malas dengan segala tipuan dunia. Hahhh!!! *tereak ke laptop*

Saat ini saya sedang kelelahan packing seorang diri, mengurus segala pindahan sendiri. Saya emang sudah biasa sendiri sih *muka datar*. Saya sedang kehilangan kemampuan untuk menulis fiksi, simply karena saya sedang patah hati. Eeeaaa lagi… *ga penting sangat*

Terlepas dari segala hal itu, saya memiliki keinginan baru. Saya ingin menulis novel islami yang ringan, sejenis teenlit. Nah, atas keinginan saya ini, banyak yang mengingatkan ini itu. Nulis yang berbau agama kan harus ekstra hati-hati. Tapi ya, we’ll never know if we never try. Semua keinginan hati itu jangan dilawan, dijalani saja, dinikmati. Setidaknya dua novel keinginan saya tercapai tahun ini: novel thriller setting narkoba (terbit bulan ini) dan novel setting tempat Surabaya (terbit Juli). Selain itu saya masih kepingin nulis novel yang tokoh utamanya kerja sebagai banker, dan masih pingin nulis novel fantasi. Walah, banyak juga maunya… *tepok jidat*

Baru jalan-jalan ke goodreads, ngebacain isi pikiran pembaca-pembaca saya soal novel-novel. Goodreads, menurut saya, ga perlu terlalu diambil hati. Dipakai santai aja bacanya. Ya, apalah arti penilaian manusia? Kalau emang kritikannya bagus, diambil. Kalau isinya sumpah serapah, cuekin. Manusia mah fana… ga lama juga mati. Eeaa… *dipentungin pembaca*.

Yaudah deh sekian racauan dari saya.
Yang baca sampai habis, keren deh.
Muah muah muah…

Wednesday, January 21, 2015

KETIKA KAU BEGITU MENCINTAI SESEORANG

Ketika kau begitu mencintai seseorang, kau tidak akan pernah bisa merasakan rasa sakitmu sendiri -- Muse, Devania Annesya, on page 129

Editor saya bilang naskah saya, MUSE, begitu berjiwa, sampai-sampai ia mengira itu adalah pengalaman nyata saya. Saya dengan tegas berkata tidak, tapi sebenarnya setiap penggal kata, pemikiran, dan rasa yang saya hadirkan dalam novel-novel saya adalah murni dari hati saya. Bukan cuma kata-kata indah yang tidak ada artinya. Bukan cuma kata-kata indah yang diciptakan seorang novelis untuk merebut hati pembacanya. Kata-kata itu lahir dari hidup saya.

Tadi pagi adik laki-laki saya, yang biasa saya panggil mamas, memasang status bbm: Pengen cepat-cepat kerja :D

Saya langsung menanyakan alasan di balik status itu. Adik saya menjawab karena ia ingin lekas punya uang sendiri dan bisa menraktir teman-temannya.

Saya jawab, kakak walau sudah kerja juga ga bisa sering nraktir teman-teman. Uang kakak ngepres. Ngapain cepat-cepat kerja? Kuliah kan enak, punya banyak teman, dinikmati saja dulu, jangan keburu-buru.

Adik saya kemudian melemparkan alasan lainnya: Lha iya, kak, kalau aku cepat kerja kan aku jadi ga perlu minta duit sama mami dan kakak. Duit kakak bisa ga ngepres lagi.

Di situ saya jadi pengen nangis. Saya tahu saya nggak bisa kasih uang lebih buat adik saya. Saya cuma memberi semampu yang saya bisa. Saya dan kakak saya yang bertindak sebagai tulang punggung keluarga berusaha semaksimal yang kami bisa. Meski begitu, saya dan kakak saya sepakat akan menguliahkan adik-adik sampai minimal sarjana.

Adik saya menambahkan: pengenku ya, begitu lulus d3 langsung kerja aja kak.

Saat itu saya langsung menjawab bbm sambil sedikit emosional: kakak kasihan sama kamu, mas, d3 dan s1 di tempat kerja itu kerjanya sama-sama berat, tapi gajinya jauh lebih besar s1. Kakak maunya kamu s1 dulu baru kerja!

Adik saya masih mbandel: pengenku sih kuliah sambil kerja hehehe

Saya langsung menukas: terserah, pokoknya habis d3 ya s1, mau kamu s1 cuma weekend, terus kerja, ya gapapa.

Adik saya menjawab: ya, mana ada, kak?

Saya: yaudah gapapa. S1 aja. Kuliah yang bener.

Adik saya akhirnya mengiyakan.

Saya jadi nangis beneran. Orang lain mungkin melihat saya dengan kasihan karena kondisi ini, tapi sebenarnya saya bersyukur memiliki adik-adik. Mereka adalah ladang ibadah saya. Saya tidak mau kehilangan mereka. Mereka bukan beban, seperti yang mereka kira selama ini. Saya ingin mereka tahu, mereka kekuatan saya.

Popular Posts

Follower