from wehearit
“Pelacur! Kau
akan mati! Anjing! Anjing kamu!” ia menjerit kencang-kencang. Kulihat sekilas urat-urat
di lehernya menggelembung sampai hampir meledak. Ludahnya bermuncratan ketika
ia menjerit dan menangis. “Kau akan mati! Suamiku akan merobek kerongkonganmu!”
"Berhentilah mengoceh, nanti kamu tambah kurus. Dan kamu, juga suamimu yang
sok iye itu, jangan pernah menghubungiku lagi.'
Lamat-Lamat masih kudengar
perempuan itu bicara. Setelah aku memutuskan cukup
memaki-makinya, membalikkan badan, dan berlalu. Pasti dia pikir aku berhenti
karena ancamannya itu. Seperti dia mengira aku akan menerima semua alasannya yang tidak
masuk akal. Biar saja. Buang-buang waktu dan tenaga kalau diterus-teruskan
bicara dengannya. Dia tidak cukup cerdas untuk beradu bahasa. Lihat saja! Dia ingin coba membalas memaki tapi tanggung
benar.
Aku
mendesah dan menutup pintu sampai suara berdebam. Aku tidak percaya, kenapa
perempuan itu begitu bodoh dan naif?
***
Lelaki itu
terus menerorku. Kali ini tingkahnya makin gila, dia menghadangku ketika aku
keluar dari rumah. Dia bilang istrinya menghilang. Wah, kenapa dia terlihat
bahagia ketika memberitahukan kabar itu? Aku membiarkannya masuk ke rumah.
BUK! Kraaak!
Suara
hantaman benda tumbul yang diayunkan sekeras mungkin, mengenai tempurung kepala
dan menghasilkan suara gemeretak kencang. Seperti suara triplek yang jebol
karena satu hantaman keras. Lumuran darah pada ujung kunci Inggris besar itu
tampak mengerikan. Bau amis menguar. Suara erangan mengudara.
Aku meraba
tempurung kepalaku dan menjerit. Tidak ada yang datang. Tidak ada. Sudah
kuduga. Tidak ada yang peduli denganku di sini. Semua orang pikir aku gila. Kunci
Inggris kembali diayunkan. Suara Kraaak
yang jauh lebih keras dari sebelumnya. Seluruh tubuhku terasa ngilu dan mati
rasa.
***
Suara
kran yang sangat keras membasuh tubuh di dalam bathtube. Cairan merah mengalir mengambang seiring air yang
menggenang. Tubuh yang tergeletak lemas dan sekarat. Namun aku tahu masih ada kesadaran
yang tersisa.
Ketika temperatur
air semakin tinggi dan uap panasnya mengelupas kulit…
Suara
jeritan yang teredam oleh rasa sakit itu sendiri…
Ibu, seperti itu rasa sakitku… seperti itu…
***
Perempuan
itu masih di dapur seperti beberapa hari yang lalu, dengan tangan terikat di belakang punggung dan
mata yang penuh bara. Aku berjalan melewatinya dan mengambil botol garam.
“Suamiku
akan datang, dasar pelacur kecil! Sudah pasti kau yang menggodanya terlebih
dahulu! Mana mungkin dia memperkosamu!”
Aku
tersenyum. “Ibu, laki-laki itu… sudah matang. Mau kaldu yang
sedikit asin?” aku mengangkat botol garam.
Ibuku
terdiam dan menelan ludah.
“Ibu, kalau kau saja tidak percaya padaku, aku
harus bagaimana?”
***
(391 kata)
8 comments:
itu yg di masak, org? hiiiiiiiiii
ini asli fiksi kan? kl liat tagnya sih emang flash fiction....
haduh... mak berasa sakit jiwa bacanya pongki...
paling gak tahan baca yg semacam ini
ini bagian dr novelmu apa gmn sih? *mikir*
ssstt.. serem amat mba cerita nya
ga berani ngebayangin :|
yes... ini calon novel baru, kak?
wah, sereeem :O
harus bagaimana? harus lanjutkan!!!!
ini prolog novel barux mbak Nes ya? *sotoy*
padahal ngeri gitu, tapi jadinya aku semangaaaat....
Post a Comment