TENTANG SI CHIMER

Tuesday, October 29, 2013

HARUS BAGAIMANA?

from wehearit


“Pelacur! Kau akan mati! Anjing! Anjing kamu!” ia menjerit kencang-kencang. Kulihat sekilas urat-urat di lehernya menggelembung sampai hampir meledak. Ludahnya bermuncratan ketika ia menjerit dan menangis. “Kau akan mati! Suamiku akan merobek kerongkonganmu!”
"Berhentilah mengoceh, nanti kamu tambah kurus. Dan kamu, juga suamimu yang sok iye itu, jangan pernah menghubungiku lagi.'
Lamat-Lamat masih kudengar perempuan itu bicara. Setelah aku memutuskan cukup memaki-makinya, membalikkan badan, dan berlalu. Pasti dia pikir aku berhenti karena ancamannya itu. Seperti dia mengira aku akan menerima semua alasannya yang tidak masuk akal. Biar saja. Buang-buang waktu dan tenaga kalau diterus-teruskan bicara dengannya. Dia tidak cukup cerdas untuk beradu bahasa. Lihat saja! Dia ingin coba membalas memaki tapi tanggung benar.
Aku mendesah dan menutup pintu sampai suara berdebam. Aku tidak percaya, kenapa perempuan itu begitu bodoh dan naif? 
***
Lelaki itu terus menerorku. Kali ini tingkahnya makin gila, dia menghadangku ketika aku keluar dari rumah. Dia bilang istrinya menghilang. Wah, kenapa dia terlihat bahagia ketika memberitahukan kabar itu? Aku membiarkannya masuk ke rumah.
BUK! Kraaak!
Suara hantaman benda tumbul yang diayunkan sekeras mungkin, mengenai tempurung kepala dan menghasilkan suara gemeretak kencang. Seperti suara triplek yang jebol karena satu hantaman keras. Lumuran darah pada ujung kunci Inggris besar itu tampak mengerikan. Bau amis menguar. Suara erangan mengudara.
Aku meraba tempurung kepalaku dan menjerit. Tidak ada yang datang. Tidak ada. Sudah kuduga. Tidak ada yang peduli denganku di sini. Semua orang pikir aku gila. Kunci Inggris kembali diayunkan. Suara Kraaak yang jauh lebih keras dari sebelumnya. Seluruh tubuhku terasa ngilu dan mati rasa.
***
Suara kran yang sangat keras membasuh tubuh di dalam bathtube. Cairan merah mengalir mengambang seiring air yang menggenang. Tubuh yang tergeletak lemas dan sekarat. Namun aku tahu masih ada kesadaran yang tersisa.
Ketika temperatur air semakin tinggi dan uap panasnya mengelupas kulit…
Suara jeritan yang teredam oleh rasa sakit itu sendiri…
Ibu, seperti itu rasa sakitku… seperti itu…
***
Perempuan itu masih di dapur seperti beberapa hari yang lalu,  dengan tangan terikat di belakang punggung dan mata yang penuh bara. Aku berjalan melewatinya dan mengambil botol garam.
“Suamiku akan datang, dasar pelacur kecil! Sudah pasti kau yang menggodanya terlebih dahulu! Mana mungkin dia memperkosamu!”
Aku tersenyum. “Ibu, laki-laki itu… sudah matang. Mau kaldu yang sedikit asin?” aku mengangkat botol garam.
Ibuku terdiam dan menelan ludah.
 “Ibu, kalau kau saja tidak percaya padaku, aku harus bagaimana?”

***
(391 kata)

8 comments:

Jiah Al Jafara said...

itu yg di masak, org? hiiiiiiiiii

Riu is me said...

ini asli fiksi kan? kl liat tagnya sih emang flash fiction....

Ninda said...

haduh... mak berasa sakit jiwa bacanya pongki...
paling gak tahan baca yg semacam ini

Anonymous said...

ini bagian dr novelmu apa gmn sih? *mikir*

LrdArc said...

ssstt.. serem amat mba cerita nya
ga berani ngebayangin :|

novi rahantan said...

yes... ini calon novel baru, kak?

dunia kecil indi said...

wah, sereeem :O

Suci Mine said...

harus bagaimana? harus lanjutkan!!!!

ini prolog novel barux mbak Nes ya? *sotoy*

padahal ngeri gitu, tapi jadinya aku semangaaaat....

Popular Posts

Follower