TENTANG SI CHIMER

Tuesday, November 8, 2022

Memaafkan

Saya selalu berpikir di dunia ini selalu saya lah yang bersalah atas segala sesuatunya. Bahwa segala hal buruk tidak akan terjadi tiba-tiba. Beberapa hal buruk terjadi karena saya lah penyebabnya. Maka saya terus menerus memperbaiki diri, lagi dan lagi.

 

Namun kendati demikian, masalah tetap terus datang, dan saya terus menerus menyalahkan diri saya sendiri, hingga tidak lagi bersisa hal baik tentang diri saya sendiri di mata saya. Di mata saya, saya adalah orang paling buruk dan kehadiran saya menciptakan banyak masalah-masalah yang sebelumnya tidak ada bahkan seharusnya tidak perlu ada.

 

Pemikiran-pemikiran ini kata mereka termasuk dalam salah satu bentuk self sabotage. Saya menyabotase diri saya sendiri ke dalam sesuatu yang menyebabkan saya adalah penjahat dari segala kejadian. Kalau dirunut, pemikiran ini terbentuk di masa-masa upbringing – saat di mana otak manusia masih muda dan menyerap segala sesuatunya dengan cepat dan mentah-mentah, menjadikan pola dasar dan bahkan fondasi.

 

"Maafkan kesalahan kedua orang tuamu, mereka sudah melakukan yang terbaik" kata mereka. Sementara memaafkan dan menyembuhkan adalah dua proses yang jauh berbeda. Mereka pikir dengan memaafkan, otomatis kita sembuh. Memaksakan proses memaafkan sebagai kewajiban dan syarat dari sebuah kesembuhan.


Tidak seorang pun paham akan masalah-masalah ini kecuali mereka yang menghadapinya. Dan dengan berat hati kita tidak bisa memaksakan orang lain memahaminya. Bahkan ketika mereka berusaha paham, dia tidak akan benar-benar mengerti.

 

Hal ini yang menyebabkan orang dengan gangguan mental merasa semakin terisolasi. Sebab perasaan-perasaan yang tidak divalidasi, serasa ditolak, dan tidak dimengerti. Dianggap aneh karena tidak semua orang menagalaminya. Semakin lama semakin merasa kesepian hidup di dunia ini.

 


Beberapa orang dibekali dengan kemampuan mimick-ing. Kemampuan ini adalah pedang bermata dua. Kemampuan ini membuat saya mampu berfungsi dengan baik layaknya manusia pada umumnya. Kemampuan ini menutupi kerusakan-kerusakan sehingga tidak akan ada orang yang tahu. Sehingga semua tampak baik baik saja. Semua tampak berada dalam kendali dan segala yang terjadi tampak tidak nyata. Kemampuan ini pada akhirnya semakin mengisolasi saya. Karena semua orang tidak ada yang tahu, dan karenanya juga tidak ada yang peduli, apalagi paham.

 

Kesendirian dan kesepian ini adalah jenis yang belum bisa saya atasi. Ketika perasaan ini datang, seringkali saya tidak tahu harus berbuat apa. Tidak tahu harus membebani siapa atas perasaan-perasaan tidak mengenakkan ini. Rasanya tidak adil melimpahkan perasaan-perasaan pada seseorang yang pada akhirnya hanya membebani orang lain. Membuat orang lain merasa bertanggungjawab untuk memperbaiki.

 

Begitu banyak yang belum bisa saya jawab dan atasi. Saya tidak tahu jawabannya.

1 comment:

Jiah Al Jafara said...

Gak semua hal memang bisa dijawab. Tak masalah buat ambil waktu. Yang paling berharga di dunia ini ya kamu sendiri

Popular Posts

Follower